Pembahasan
Secara umum ajaran
agama Islam meliputi semua realitas yang terdapat di alam semesta, didalam
dunia yang mencangkup kehidupan manusia dan apa yang akan terjadi pada masa
depan (akhirat). Secara sederhana ajaran agama Islam dapat di kelompokkan ke
dalam 3 aspek, yaitu
1.
Akidah
2.
Ibadah
3.
Akhlak
1.
Akidah
Yang
dimaksud dengan Akidah menurut etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Disebut
demikian, karena ia mengikat dan menjadi sengkutan atau gantungan segala
sesuatu. Dalam pengertiab teknis artinya adalah iman atau keyakinan. Karena
itu, ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh agama islam.
Kedudukannya sangat sentral, karena, menjadi asas dan sekaligus sangkutan atau
gantungan segala sesuatu dalam islam. Juga menjadi titik tolak kegiatan seorang
muslim. Akidah Islam berawal dari keyakinan kepada Zat Mutlak Yang Maha Esa
yang di sebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan, dan wujud-Nya
itu disebut Tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman seluruh keyakinan Islam.
Pokok-pokok
keyakina Islam ini merupakan asas seluruh ajaran Islam. Jumlahnya ada enam
yaitu
a.
Keyakinan
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
b.
Keyakinan
kepada Malaikat-malaikat-Nya.
c.
Keyakinan
kepada Kitab-kitab suci-Nya
d.
Keyakinan
kepada Nabi dan Rasul-Nya
e.
Keyakinan akan
adanya Hari Akhir
f.
Keyakinan pada
Kada dan Kadar.
A.
Keyakinan
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Allah,
Zat yang Maha Mutlak, menurut ajaran Islam, adalah Tuhan yang Maha Esa. Segala
sesuatu mengenai Tuhan di sebut Ketuhanan. Ketuhanan yang Maha Esa menjadi
dasar Negara Republik Indonesia. Menurut pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Dasar
1945 Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa. Istilah Ketuhanan Yang
Maha Esa diciptakan oleh otak, pengertian dan iman orang Islam Indonesia,
sebagai terjemahan kata-kata yang terhimpun dalam Allahu al wahidu-l-ahad yang
berasal dari Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 163 dan surat al-Ikhlas ayat 1. Al
wahidul-l-ahad itulah yang diterjemahkan dengan Yang Maha Esa, yang sebelum
tahun 1945 (perkataan itu) tidak ada dalam bahasa Indonesia. Keyakinan kepada
Allah Yang Maha Esa seperti itu mempunyai konsekuensi. Konsekuensinya adalah
bagi umat islam yang mempunyai aqidah demikian, setiap atau segala sesuatu yang
dapat ditangkap oleh pancaindera mempunyai bentuk tertentu, tunduk pada ruang
dan waktu, hidup memerlukan makanan dan minum seperti manusia biasa, mengalami
sakit dan mati, lenyap dan musnah, bagi seorang muslim bukanlah Allah, Tuhan
Yang Maha Esa.
Kemahaesaan
Allah dalam sifat-sifat-Nya mempunyai arti bahwa sifat-sifat Allah mempunyai
kesempurnaan dan keutamaan, tidak ada yang menyamainya. Sifat-sifat Allah itu
banyak dan tidak dapat diperkirakan. Namun demikian, dari Al-Qur’an dapat
diketahui Sembilan puluh Sembilan (99) nama sifat Allah yang biasanya disebut Al-Asma’ul
Husna: Sembilan puluh Sembilan nama-nama Allah yang indah. Di dalam Ilmu
Tauhid, di jelaskan dijelaskan dua puluh Allah, yang disebut dengan Sifat
Dua Puluh.
B.
Keyakinan Pada
Para Malaikat
Malaikat adalah makhluk
gaib, tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia. Akan tetapi, dengan izin
Allah, malaikat dapat menjelmakan dirinya seperti manusia, seperti malaikat
Jibril menjadi manusia dihadapan Maryam, ibu dari Nabi Isa Alaihisalam (QS.
Maryam (19): 16-17), misalnya. Mereka diciptakan tuhan dari cahaya dengan sifat
atau pembawaan yang Allah berikan.
Konsekuensi
beriman kepada para malaikat terhadap seorang muslim adalah harus meyakini
adanya kehidupan rohani yang harus dikembangkan sesuai dengan dorongan para
malaikat itu,
Selain
para malaikat ada makhluk gaib lain lain ciptaan Allah. Yang dimaksud
adalah Setan. Setan diciptakan dari api. Berbeda dengan malaikat yang mendorong
manusia berbuat baik, kerja setan adalah menyesatkan manusia. kalau ada gerakan
di hati seseorang berbuat jahat, itu tandanya manusia tersebut mendapat bisikan
setan.
Menurut
ajaran agama Islam, setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik
dan atau berbuat jahat. Kecenderungan berbuat baik dikembangkan oleh malaikat
dan kecenderungan berbuat jahat dimanfaatkan oleh setan dengan berbagai tipu
daya. Ada mahkluk
halus lain, yang diciptakan dari api, disebut iblis yang termasuk kedalam
kategori setan. Iblis adalah mahkluk gaib yang berusaha dengan berbagai cara
menjerumuskan manusia ke lembah kesesatan dan merangsang nafsu rendah manusia,
dan selalu berusaha mempengaruhi manusia akan perilaku sama dengan iblis.
Selain mahkluk di atas, ada mahkluk halus
lainnya yang disebut jin. Sama halnya dengan iblis yang dapat merupakan dirinya
ke dalam berbagai bentuk, jin juga kadang-kadang dapat memperlihatkan dirinya
sebagai mahkluk biasa seperti binatang, dan sebagai mahkluk yang luar biasa
(bentuknya) jin ada pula yang baik, ada pula yang buruk, ada yang taat, ada
pula yang ingkar kepada Allah.
Malaikat,setan,iblis dan jin adalah
mahkluk-mahkluk halus, yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra manusia dalam
bentuk aslinya. Sebagai mahkluk halus yang berada di alam gaib, wujudnya sama
dengan malaikat tetapi sifat dan tugasnya berbeda-beda. Malaikat mendorong
manusia berbuat baik, sedang setan,iblis dan jin (kafir) pada umumnya mengajak
manusia berbuat jahat.
C.
Keyakinan pada kitab-kitab suci
Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan
rukun iman ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. al-Quran menyebut
beberapa kitab suci, misalnya Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud, Taurat,
yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil kepada nabi isa, dan al-Quran kepada
Nabi Muhammad sebagai RasulNya. Namun, dalam perjalanan sejarah, kecuali al-Quran,
isi kitab-kitab suci itu telah berubah, tidak lagi memuat firman-firman Allah
yang asli sebagaimana disampaikan oleh malaikat Jibril kepada pada Rasul
terdahulu.
Al-Quran adalah kitab suci umat islam yang
memuat wahyu Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad
selama masa kerasulannya.
D.
Keyakinan pada para Nabi dan Rasul
Yakin kepada para Nabi dan Rasul merupakan
rukun iman keempat. Didalam buku-buku ilmu Tauhid disebutkan bahwa, antara Nabi
dan Rasul ada perbedaan tugas utama. Para Nabi menerima tuntutan berupa wahyu,
akan tetapi tidak mempunyai kewajiban menyampaikan wahyu yang diterimanya
kepada umat manusia. Rasul adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan
wahyu yang diterimanya kepada umat manusia. Didalam al-Quran disebutkan nama 25
Nabi, beberapa diantaranya berfungsi juga sebagai Rasul yang berkewajiban
menyampaikan wahyu yang diterimanya kepada manusia dan menunjukkan cara-cara
pelaksanaannya dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Sepanjang
sejarah manusia, selalu saja ada orang yang memperingatan kepada meraka agar
manusia senantiasa berada pada jalan yang benar. Yang memberi peringatan itu
adalah para Nabi dan Rasul. Jumlah mereka adalah banyak, namun, berapa
jumlahnya yang pasti tidaklah diketahui kecuai oleh Allah, namun ada yang berpendapat bahwa jumlah Nabi
dan Rasul yang berpanah di utus oleh Allah untuk memimpin manusia ada 124.000
orang Nabi dan 313 orang Rasul.
E.
Keyakinan Pada
Hari Kiamat
Rukun
iman yang kelima adalah keyakinan kepada hari Kiamat, Keyakinan ini sangat
penting dalam rangkaian kesatuan rukun iman lainya, sebab tanpa mempercayai
hari Kiamat sama halnya dengan orang tidak mempercayai agama Islam. Pada hari
kiamat segala yang ada di alam semesta ini akan hancur tidak ada yang tersisa
kecuali Allah. Dan setelah semuanya hancur, maka manusia di bangkitkan kembali
untuk mempertanggungjawabkan semua yang telah di perbuatnya di hadapan Allah.
F.
Keyakinan Pada
Kada dan Kadar
Dalam
menyakini rukun iman yang keenam ini ada beberapa hal yang perlu di jelaskan.
diantaranya yang terpenting adalah hubungan takdir dan kehendak bebas / free
will manusia.
untuk
memahami takdir, manusia harus hidup dengan ikhtiar, sebab dalam
kehidupan sehari-hari nyatanya takdir Ilahi berkaitan erat dengan kehidupan
manusia. Usaha manusia haruslah maksimal dan optimal diiringi dengan doa dan
tawakal. Tawakal yang di maksud adalah tawakal dalam makna menyerahkan nasib
dan kesudahan usaha kita kepada Allah, sementara kita harus berikhtiar serta
yakin bahwa penentu terakhir segala-galanya berada dalam kekuasaan Allah SWT.
2.
Ibadah
secara
bahasa, kata Ibadah berasal dari bahasa Arab al-abdiyyah, al-‘ubudiyyah dan
al-‘ibadah yang berarti ketaatan.
Sementara
itu dalam terminology syariat,
Muhammad Abduh menafsirkan ibadah sebagai suatu bentuk ketundukan dan ketaatan
sebagai dampak dari rasa pengagungnya yang bersemai di dalam lubuk hati
seseorang terhadap siapa yang menjadi tujuan ketundukannya. Rasa ini lahir
akibat adanya keyakinan dalam diri orang yang bersangkutan bahwa objek tujuan
ibadahnya memiliki kekuasaan yang tak dapat dijangkau oleh sesuatu yang lain.
Dia adalah Dzat yang menguasai jiwa raga, namun Dia berada di luar jangkauanya.
Senada
pengertian Muhammad Abduh di atas, Syaikh Mahmud Syaltut mengartikan ibadah
sebagai suatu ketundukan yang tek terbatas bagi pemilik keagungan yang tidak
terbatas pula. Ketundukan tersebut merupakan manifestasi dari kerendahan hati,
kecintaan batin, serta peleburan diri dalam bentuknya yang tinggi kepada
keagungan serta keidahan Dzat yang kepada-Nya seseorang beribadah. Sedangkan
Syaikh Ja’far Subhani mengartikan tentang ketuhanan kepada Dzat yang kepada-Nya
seseoarang tunduk.
Manusia
terdiri atas dua unsur yakni jasmani dan rohani. Tubuh manusia berasal dari
materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materil, sedangkan ruh manusia
bersifat immateri dan karakternya mempunyai kebutuhan spiritual. Keduanya harus
di penuhi secara seimbang. Seseorang yang hanya memenuhi salah satu factor dari
kebutuhannya akan mengalami ketidakseimbangan.
Disinilah
pentingnya ajaran Islam yang berkenaan dengan ibadah. Islam tidak bermaksud
menyingkirkan kedua dimensi yakni rasio dan materi. Namun tidak pula mendewakan
keduanya. keduanya dianggap penting menurut ukuran dan kadarnya yang pas atau
berlebih-lebihan.
Menurut
Imam Asy-Syatibi, ibadah memiliki dimensi keakhiratan sekaligus keduniawian.
Ibadah dalam ajaran Islam tidak hanya bermaksudkan dalam kerangka hubungan
dengan Allah SWT semata, tetapi juga mengandung dimensi sosial yang tinggi bagi
para pemeluknya. Semua bentuk ibadah memiliki makna sosialnya masing-masing
sebagaimana berikut:
Pertama,
Ibadah Shalat, salah satu kandungan sosial dari ibadah shalat adalah bahwa
shalat mengajarkan makna persaudaraan dan persatuan yang begitu tinggi. Ketika
melaksanakan shalat di masjid lima kali dalam sehari, maka sesungguhnya ibadah
tersebut tengah menghimpun penduduknya lima kali sehari. Dalam aktifitas
tersebut, mereka saling mengenal, saling berkomunikasi dan saling menyatukan
hati.
Kedua,
Ibadah puasa. puasa mampu menumbuhkan kepekaan sosial bagi pelakunya. Dengan
berpuasa si kaya merasakan betapa tidak enaknya merasakan lapar. Puasa
mengajarkan kepadanya untuk bisa mengenali serta merasakan penderitaan orang
yang sehari-hari senantiasa berada dalam kekurangan dan berbalut kemiskinan,
sehingga di harapkan lahir kepedulian dari si kaya kepada si miskin.
ketiga,
ibadah zakat, ibadah zakat memiliki fungsi dan hikmah ganda. Yang pertama,
zakat dapat mengikis sifat kikir di dalam jiwa seseorang. Yang kedua, zakat
berpengaruh untuk menciptakan ketenangan dan ketentraman bukan hanya bagi
penerimanya, tetapi juga bagi pemberinya.
Yang
keempat, ibadah Haji. Dalam ibadah haji terkandung pengalaman nilai-nilai
kemanusiaan yang universal. Ibadah haji di mulai dengan niat sambil
menanggalkan pakaian biasa dan kemudian mengenakan pakaian ihram.
Secara
garis besar, Islam membagi ibadah kedalam dua bagian, yaitu ibadah khusus atau
ibadah murni dan Ibadah yang bersifat umum. Ibadah khusus atau ibadah murni
adalah segala aktifitas ibadah yang cara, waktu, dan kadarnya telah di tentukan
oleh Allah dan Rasul-Nya seperti, shalat,, puasa, dan Haji. Sedangkan Ibadah
yang bersifat umum adalah ibadah yang tatacaranya tidak di tentukan oleh Allah
SWT seperti berinfaq, menyantuni anak yatim, membantu orang lain dll.
3.
Akhlak
Secara
etimologi, akhlak lazim disebut dengan tingkah laku/perangai. Secara
terminology, akhlak adalah pengetahuan tentang keutamaan-keutamaan dan cara
memperolehnya agar jiwa menjadi bersih dan pengetahuan tentang
kehinaan-kehinaan jiwa untuk mensucikan jiwa tersebut darinya. Dalam bahasa
Indonesia, akhlak dapat diartikan sebagai moral, etika, watak, budi pekerti,
tingkah laku dll.
Para
ulama klasik mengartikan akhlak sebagai kemampuan jiwa untuk melahirkan suatu
perbuatan yang spontan, tanpa memikirkan atau merasa terpaksa. Sering pula
akhlak diartikan sebagai semua perbuatan baik atau buruk.
Dalam
ajaran agama Islam akhlak di bagi menjadi dua yaitu akhlak yang baik dan akhlak
yang buruk.
Beberapa
hal yang dikategorikan sebagai akhlak yang baik adalah : setia, pemaaf, benar,
menepati janji,, adil, malu, kuat, sabar dan masih banyak yang lainnya.
adapaun
yang termasuk akhlak yang buruk adalah: egois, kikir, dusta, khianat, pengecut,
adu domba, sombong dan masih banyak yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar