Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Negara Korea
merupakan satu dari beberapa negara yang terletak di wilayah Timur Asia. Salah
satunya yaitu Korea Utara, adik ipar dari Korea Selatan, Korea Utara berbatasan
langsung dengan Rusia di Utara, Jepang dan Korea Selatan di wilayah selatan dan
di wilayah barat dengan Ulan Bator (Mongolia). Korea Utara atau Republik
Demokratik Rakyat Korea beribukota Pyongyang dengan bahasa resminya yaitu,
bahasa Korea. Sistem pemerintahanya saat ini menganut pahamisme Republik,
Sosialis dan Komunis dengan pemimpin tertingginya saat ini Kim Jong-un dan
Presiden abadinya Kim Il-sung.
Luas negara
Korea Utara ini sekitar 120,540 km², dan mengapa wilayah Korea Utara ini bisa
dikatakan negara dengan gaya militerismenya tersendiri dikatakan satu dari
beberapa presentase dengan negara lain dikatakan yang cukup kuat dan solid dari
berbagai angkatan militernya. Dan di dalam makalah ini pula nanti akan
dipaparkan mengenai Perang Korea, dan situasi negara Korea Utara di tahun 1945
sampai sekarang ini dari berbagai sektor yang meliputinya baik itu ekonomi,
Industrialisasi, Kebudayaan, Alutista (militer) dan Politik Pemerintahanya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Kondisi Korea Utara di tahun 1945 ?
2. Mengapa
terjadi Perang Korea di tahun 1950 ?
3. Bagaimana
Korea Utara pasca Perang Korea ?
4. Bagaimana
kondisi Korea Utara di abad 20an ?
1.3 Tujuan
1. Untuk
memahami kondisi Korea Utara di masa Kontemporer
2. Untuk
memahami bagaimana Perang Korea terjadi
3. Untuk
memahami Korea utara pasca Perang Korea
4. Untuk
memahami Peran Korea Utara di abad 20 ini
Bab II
Pembahasan
2.1
Korea
Utara di tahun 1945
Semenanjung korea
diperintah oleh kekaisaran korea hingga dianeksasi oleh jepang setelah perang
Rusia-Jepang tahun 1905. Setelah kekalahan jepang pada perang dunia II, korea
dibagi menjadi wilayah pendudukan Uni Soviet dan Amerika Serikat, korea utara menolak
ikut serta dalam pemilihan umum yang diawasi oleh PBB yang diselenggarakan di
selatan pada 1948, yang mengarah kepada pembentukan dua pemerintah korea yang
terpisah oleh zona dimiliterisasi, baik korea utara atau korea selatan keduanya
mengklaim kedaulatan di atas seluruh semenanjung korea, yang nantinya akan
berujung pada perang korea tahun 1950. Korea Utara termasuk negara dengan
sistem partai tunggal di bawah front penyatuan yang dipimpin oleh partai buruh
korea
Pembagian Korea
menjadi Korea Utara dan Korea Selatan bermula sejak kemenangan blok sekutu di
dalam perang Dunia II, mengakhiri 35 tahun penjajahan Jepang atas Korea, di
dalam proposal yang ditolak oleh hampir seluruh bangsa Korea, Amerika Serikat
dan Uni Soviet setuju untuk sementara menduduki negara korea sebagai wilayah
perwalian dengan zona pengawasan yang didemarkasi pada sepanjang 38 derajat
lintang utara, tujuan perwalian ini adalah untuk mendirikan pemerintahan
sementara korea yang akan menjadi bebas dan merdeka pada waktunya. Meskipun
pemilihan umum dijadwalkan. Dua negara adidaya mendukung dari belakang para
pemimpin yang bersebrangan dan dua negara itu secara efektif telah
didirikan,masing-masing mengakui seluruh kedaulatan di semenanjung korea.
Pada bulan
Agustus 1945, tentara Uni Soviet membentuk penguasa sipil soviet untuk
memerintah negeri ini sampai rezim dalam negeri, yang ramah kepada Uni Soviet,
dapat didirikan komiter sementara didirikan di seluruh negara, meletakan pihak
komunis di posisi kunci. Pada Maret 1946 reformasi tanah dilembagakan karena
tanah yang pernah dikuasai oleh jepang dan para pemiik tanah yang berkolaborasi
dibagi dan diserahkan kepada petani miskin. Kim-Il-Sung memprakarsai program
reformasi tanah pada tahun 1946. Dengan mengorganisasi banyak warga sipil miskin dan pekerja
pertanian di bawah komite rakyat, sebuah kampanye massal nasional menghancurkan
kendali kaum penguasa lama tanah. Tuan tanah diizinkan hanya untuk
mempertahankan tanah yang sama luas tanahnya dengan tanah kaum sipil miskin yang
pernah menyewa tanah mereka, sehingga pembagian tanah lebih merata. Reformasi
tanah korea uatara dicapai dengan cara yang tidak terlalu keras daripada yang
terjadi di cina atau vietnam.
Pada Februari
1946 pemerintah sementara yang disebut komite rakyat sementara korea utara
dibentuk dibawah kepemimpinan Kim-Il-Sung, yang telah menghabiskan beberapa
tahun terakhir untuk berlatih perang bersama pasukan soviet di manchuria.
Konflik dan perebutan kekuasaan memanas di tingkat atas pemerintahan di phyongyang
karena pihak aspiran yang berbeda melakukan manuver untuk mendapatkan posisi
kekuasaan di dalam pemerintahan baru, di tingkat lokal, komite rakyat secara
terbuka menyerang kolaborator dan beberapa tuan lahan, dengan menyita banyak
tanah dan harta benda mereka. Akibatnya, banyak kolaborator dan yang lainya
hilang atau tewas, itu terjadi di banyak propinsi dan melalui kerja sama dengan
komite rakyat yang sama inilah pada akhirnya pemimpin korea utara, Kim-Il-Sung
mampu membangun sistem pendukung akar rumput yang akan mengangkatnya untuk
berkuasa di atas lawan-lawan politiknya yang pernah tinggal di phyongyang.
2.1.1 Dibentuknya
dua negara Korea.
Dengan
menguatnya ketidakpercayaan antara sekutu Amerika Serikat dan Uni Soviet, tidak
ada persetujuan yang berhasil dicapai mengenai cara untuk mendamaikan
pemerintah sementara yang saling
bersaing. Amerika Serikat membawa masalah ini ke perserikatan bangsa-bangsa
pada musim gugur 1947. Uni Soviet menentang keterlibatan PBB dalam hal ini. PBB
mengesahkan resolusi pada tangga 14 November 1947, dengan menyatakan bahwa
pemilihan umum yang bebas harus ditunda, pasukan asing harus ditarik dan sebuah
komisi PBB untuk korea harus segera dibentuk. Uni Soviet walaupun anggota
dengan kekuatan hak veto, memboikot pemungutuanj suara dan tidak
mempertimbangkan resolusi yang akan mengikat.
Pada
April 1948, sebuah konferensi organisasi di korea utara dan korea selatan bertemu
di phyongyang, konferensi ini tidak membuahkan hasil dan Soviet memboikot
pemilihan umum yang diawasi PBB di korea selatan. Tidak ada pemilihan yang
diawasi PBB di korea utara, pada tanggal 10 Mei korea selatan mengadakan
pemilihan. Syngman Rhee, yang telah di mengusulkan pemilihan umum parsial di
korea selatan demi mewujudkan kekuasaanya sejak 1947, terpilih sudah, meskipun
sayap partai kiri memboikot pemilihan umum itu. Korupsi yang tersebar luas
dilaporkan terjadi dalam pemilihan umum itu dan republik korea memulai hidup
tanpa legitimasi yang cukup, pada 15 Agustus, republik korea secara resmi
mengambil alih kekuasaan dari militer AS.
2.2
Perang
Korea 1950
Perang Korea
adalah konflik yang terjadi setelah Perang Dunia II berakhir, Konflik ini
menyeret duo Korea yaitu : Korea Utara dan Korea Selatan yang terjadi sejak 25
Juni 1950 sampai 25 Juli 1953. Perang ini juga disebut perang di mandatkan.
Peserta perang utama adalah korea utara dan korea selatan. Sekutu utama korea
selatan adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Britania Raya dan Sekutu
Korea Utara utama adalah Republik Rakyat Tiongkok dan Uni Soviet.
Berbagai cara
telah diupayakan oleh korea utara hingga akhirnya mengambil keputusan dengan
cara kekerasan atau peperang, pengumuman perang disiarkan ke seluruh kota
melalui radio pyongyang. Pada hari minggu pukul 04.00, 25 Juni 1950, korea
utara menyerang korea selatan, serangan tersebut sangat mengejutkan korea
selatan sehingga terlihatlah korea utara yang memenangkan. Serangan ditujukan ke
ibukota Seoul, namun karena cuaca buruk yang berhasil diduduki hanya kota
chuchon, ongjin dan kaesong yang merupakan kota penting di korea selatan. Kota
seoul baru dapat diduduki oleh pasukan korea utara setelah tiga hari perang
berlangsung yaitu pada tanggal 28 juni 1950
Perang korea
tidak hanya sebatas perang antar korea utara dan korea selatan,namun dibelakang
negara tersebut ada sekutu masing-masing yang membantu jalanya perang, Amerika
serikat mengetahui dibelakang korea utara ada uni soviet yang menyokongnya,
sehingga AS memutuskan untuk membantu korea selatan. Dengan posisi amerika
adalah dewan keamanan PBB, amerika mengusulkan kepada DK PBB untuk bersidang
membicarakan korea, PBB mengadakan sidang dan menghasilkan dan menghasilkan
resolusi PBB yang antara lain berisi sebagai berikut.
1. mendesak
korea utara agar segera menghentikan perang dan menarik
mundur pasukanya sampai garis batas 38º lintang utara.
2. memberikan
sanksi kepada korea utara apabila pihak korea utara tidak memperdulikan desakan
tersebut, maka PBB dengan para anggotanya akan membantu korea selatan
Pada 27 juni,
presiden Trauman memerintahkan kepada angkatan udara dan angkatan laut amerika
serikat untuk memberi perlindungan kepada pasukan korea selatan. Amerika
serikat berkonsentrasi di semenanjung jepang pulau jepang. Strategi militer
yang dilakukan oleh presiden trauman membuat bendungan dengan pasukan-pasukan
yang cukup kuat. Presiden trauman mengerahkan pasukan-pasukan amerika serikat
yang berada di timur jauh yaitu di jepang, di bawah komando Douglas MacArthur
diperintahkan untuk mengadakan blokade di seluruh pantai korea. Pemerintah cina
di taiwan diminta menghentikan operasinya di daratan cina, serta bantuan militer
kepada pemerintah filipina dan angkatan perang perancis di indochina
ditingkatkan.
Pada bulan Agustus 1950, pihak korea masih
tetap unggul karena hal berikut.
1. Korea Utara dan Uni soviet mampu membuat rakyat korea selatan
bersimpati.
2. logistik pihak korea utara terpencar,
sehingga sulit dihancurkan dan lebih lama dapat bertahan.
3. pihak korea utara mengadakan
penyusupan dan penyamaran yang sangat rapi untuk melemahkan pihak selatan.
Selama tiga bulan (Juni, Juli, Agustus) pihak selatan mengalami
kekalahan, maka untuk menghindari agar semenanjung korea tidak jatuh ke pihak
utara, pihak selatan membuat strategi baru yang disebut “pertahanan PBB”.
Pertahanan tersebut dipusatkan di pusan dan dikenal dengan nama “pusat parameter”,
daerah penting lain selain pusan adalah taegu.
Mulai september 1950, keunggulan menjadi milik
korea selatan dengan berhasil direbutnya Seoul pada 26 September 1950 di bawah
pimpinan Jenderal MacArthur, keberhasilan tersebut menjadi dukungan moral bagi
pihak selatan sehingga dapat melampaui garis batas 38º lintang utara. Kekalahan
pihak utara tersebut juga merupakan kekalahan uni soviet dan membuat RRC yang
merupakan sekutu uni soviet membantu pihak utara sebagai tetangga baiknya dari
serangan imperialis. Setelah memukul balik tentara korea utara dari garis
lintang 38 derajat, tentara koalisi amerika di bawah payung PBB mendekati
sungai yalu yang berbatasan dengan tiongkok, MacArthur menjanjikan kepada
pasukan koalisi untuk merayakan natal dengan keluarga masing-masing karena
perang akan berakhir dan korea akan bersatu dan demokratis
Namun, bukan natal yang mereka
rayakan, tetapi usunganpeti jenazah mendatangi keluarga tentara amerika karena
korea utara kembali melakukan perlawanan, dengan bantuan RRC, korea utara
kembali meraih kemenangan, RRC punya persiapan yang matang karena telah
terlebih dahulu mempelajari peta perang korea sehingga dapat mengusir pasukan
PBB dari phyongyang untuk kembali ke selatan, karena perang korea juga merupakan
perang antara amerika dan uni soviet, maka amerika pun tidak tinggal diam
dengan ikut campurnya RRC. Jenderal
Mattew juga diserahi menggunakan personel tentara VIII dan korps X yang berarti
meliputi kekuatan darat PBB seluruhnya, pasukan PBB terdiri dari 15 negara,
yakni : Amerika serikat, Inggris, Prancis, Australia Selandia Baru, Swedia,
Thailand, Belanda, Belgia, Kanada, Turki, Yunani, Afrika Selatan, India dan
Philipina. Situasi perang yang tidak
memungkinkan mendorong diadakanya perundingan dan gencatan senjata. Perang
korea sendiri membunuhnya sekiranya 1 juta warga korea, seperempat warga cina,
dan tiga puluh empat ribu warga amerika.
2.3
Korea
Utara pasca perang Korea
pasca perang korea, sebuah zona berjarak 4 km dari perbatasan korut dan
korsel yang tidak boleh dilewati oleh siapapun didirikan di mana zona tersebut
dikenal dengan nama Dimiliterized zone
(zona bebas militer), tak lama usai pembentukan zona tersebut, sebuah komisi
yang anggotanya berasal dari personil militer negara-negara eropa yang netral
diterjunkan untuk mengawasi situasi militer di dekat DMZ. Tahun 1954
pihak-pihak yang berperang melakukan pertukaran mayat para korban perang agar
mayat-mayat tersebut bisa diidentifikasi dan dikuburkan secara layak.
Perang
korea yang berlangsung selama 3 tahun mengakibatkan 2,5 juta penduduk sipil
korea tewas, dari pihak-pihak yang berperang, korban tewas di pihak korsel dan
sekutunya dilaporkan mencapai hampir 180.000, sementara di pihak korut dan
sekutunya jumlah korban yang tewas dilaporkan mencapai 700.000 lebih, tingginya
jumlah korban yang tewas di pihak korut dan sekutunya tidak lepas dari minimnya
persenjataan anti udara yang mereka miliki sehingga pasukan mereka sangat
rentan saat mendapatkan serangan udara dari pasukan PBB.
Wilayah Korut dan Korsel sama-sama
porak-poranda akibat perang korea di mana wilayah Korut menderita kerusakan
yang lebih parah akibat seringnya aktivitas pemboman dari udara oleh pasukan
PBB, untukmembangun kembali infrastruktur negaranya, korut memperoleh bantuan
finansial dari cina dan uni soviet serta bantuan tenaga ahli dari negara-negara
komunis eropa timur. Hasilnya korut mengalami pertumbuhan industrialisasi yang
pesat hingga dekade 60-an, untuk mengantisipasi perang yang mungkin bakal
timbul, korut juga memperkuat sistem pertahanan anti udaranya dan membangun
jaringan terowongan militer bawah tanah yang kompleks. Korsel di lain pihak
berhasilmembangun kembali wilayahnegaranya yang rusak parah berkat bantuan PBB,
dibandingkan dengan tetangganya di uatara, korsel lebih lamban dalam
pertumbuhan ekonominya, kondisi sosial negara tersebut juga lebih labil karena
seringnya terjadi kudeta dan pergantian kekuasaan, baru setelah memasuki dekade
80-an, korsel mulai berhasil melampaui tetangganya dalam hal pertumbuhan
ekonomi dan industri sehingga bisa menjadi negara maju seperti sekarang, korut
di lain pihak mengalami kemunduran ekonomi sejak tahun 90-an karena hilangnya
sekutu-sekutu komunis tersebut.
Bagi cina, perang korea membawa dampak
positif yang penting walaupun dalam perang tersebut cina harus menanggung
korban jiwa dalam jumlah yang amat besar, berkat perang tersebut, kepercayaan
diri rakyat cina akan kekuatan militernya kembali membumbung dan dunia
internasional kembali menaruh kewaspadaan pada militer cina. Kebetulan sejak
abad-19, cina yang pada saat itu masih berbentuk kekaisaran memang kerap
mengalami kekalahan saat harus bertempur melawan militer negara-negara lain.
Pasca perang korea,pamor dari mao zedong selaku pemimpin dari cina juga meningkat.
Di AS, perang korea bukanlah perang
yang populer jika dibandingkan dengan perang-perang yang diikuti AS lainya
semisal perang vietnam karena minimnya perhatian publik AS saat mengikuti
perkembangan perang tersebut. Sebagai akibatnya, perang ini pun kerap mendapat
sebutan “perang yang terlupakan”. Pasca perang korea, jumlah orang korea yang
menetap di AS juga mengalami peningkatan pesat, dalam hal politik
internasional, perang korea juga membuat AS lebih waspada terhadap perkembangan
geopolitik di asia timur sehingga mereka menyokong habis-habisan jepang, taiwan
dan korsel untuk membatasi pengaruh cina
Selain itu, ada beberapa peristiwa
pasca perang korea, yaitu :
2.3.1 Kim
Il-sung memperkokoh sistem kekuasaan tunggal
Pada
awalnya, pemerintah Korea Utara berbentuk Federasi yang terdiri atas berbagai
fraksi komunis, termasuk fraksi kelompok kegiatan gerilyawan anti-Jepang di
dalam negeri, fraksi gerakan komunisme yang pulang dari Cina, dan fraksi yang
menerima pendidikan komunisme dari Rusia. Kim Il-sung, walaupun landasannya
lemah di dalam negeri, tetapi dia sebagai pemimpin yang mewakili Uni Soviet,
menjadi pemimpin tertinggi di Korea Utara. Oleh karena itu, perkembangan
politik di Korea Utara pada awalnya bisa dikatakan adalah proses Kim il-sung
memperkokoh kekuatannya di Korea Utara, dan cara peningkatan kekuatannya adalah
termasuk “membersihkan” pesaing politiknya secara bertahap. Pertama, para tokoh
komunis dalam didalam negeri semakin amburuk setelah difitnah sebagai kelompok
faksionis dan memiliki paham kepahlawanan. Cara itu digunakan untuk
“membersihkan” para lawan poliknya.
Walaupun Kim Il-sung menghadapi kritik dan diminta pertanggungjawaban politik tentang kegagalan invasi ke Selatan selama Perang Korea, dia menemukan jalan keluar dengan mengalihkan tanggungjawab itu kepada Namrodang (partai buruh komunis di Korea Selatan), hingga Kim berhasil “membersihkan” anggota fraksi itu yang merupakan pesaing kuatnya pada waktu itu.
Walaupun Kim Il-sung menghadapi kritik dan diminta pertanggungjawaban politik tentang kegagalan invasi ke Selatan selama Perang Korea, dia menemukan jalan keluar dengan mengalihkan tanggungjawab itu kepada Namrodang (partai buruh komunis di Korea Selatan), hingga Kim berhasil “membersihkan” anggota fraksi itu yang merupakan pesaing kuatnya pada waktu itu.
Park
Hun-young, Rhee Seung-yup, Bae Chul, Kim Nam-chun, dan lainnya diekskusi dengan
tudingan melakukan kegiatan mata-mata untuk AS.
Gerakan kecaman terhadap Stalin yang timbul dalam pertemuan sidang partai komunis Uni Soviet ke-20 memberi pengaruh pada gerakan anti-Kim Il-sung di dalam negeri dan menimbulkan kritik tentang kebijakan ekonominya yang memusatkan industri berat untuk mengaktifkan industri perlengkapan persenjataan militer pada waktu itu.
Di tengah masa krisis dalam kehidupan politiknya, Kim Il-sung berhasil menang dalam pemilihan Komite Sentral Partai Buruh pada Juni 1956, sehin sehingga dia lebih meningkatkan kekuatannya dengan “membersihkan” pemimpin fraksi lain (Kim Du-bong, Choi Chang-ik, Park Chang-ok, dan lain-lain.).
Gerakan kecaman terhadap Stalin yang timbul dalam pertemuan sidang partai komunis Uni Soviet ke-20 memberi pengaruh pada gerakan anti-Kim Il-sung di dalam negeri dan menimbulkan kritik tentang kebijakan ekonominya yang memusatkan industri berat untuk mengaktifkan industri perlengkapan persenjataan militer pada waktu itu.
Di tengah masa krisis dalam kehidupan politiknya, Kim Il-sung berhasil menang dalam pemilihan Komite Sentral Partai Buruh pada Juni 1956, sehin sehingga dia lebih meningkatkan kekuatannya dengan “membersihkan” pemimpin fraksi lain (Kim Du-bong, Choi Chang-ik, Park Chang-ok, dan lain-lain.).
Setelah
tindakan “membersihkan” pesaing politik dalam proses memperkokoh kekuatannya,
pekerjaan selanjutnya adalah sentralisasi dan pengidolaan Kim Il-sung, maupun
menghilangkan pemimpin oposisi yang menunjukkan sikap tidak puas terhadap
perkembangan itu. Beberapa kasus termasuk “pembersihan” pemimpin fraksi Gapsan
(Park Geum-chul dan Rhee Hyo-soon) pada tahun 1967 dengan tuduhan melakukan
gerakan faksionis dan anti-Partai, dan 1969 penghentian pemimpin militer (Kim
Chang-bong dan ketua bagian politik dalam militer, Huh Bong-hak) dengan tuduhan
menentang pembangunan sistem sentralisasi Kim.
Setelah
sidang Partai Buruh Korea ke-5 pada Nopember 1970, kepemimpinan Korea Utara
yang tersisa hanya anggota yang bersifat pro-Kim Il-sung. Sentralisasi kekuatan
dan sistem pemerintahan yang dipimpin oleh pemimpin tunggal semakin sempurna.
2.3.2 Pembangunan
Ekonomi Sosialis
Upaya
pembentukan sistem ekonomi sosialis cepat berkembang karena proses
nasionalisasi seluruh industri sudah dimulai sebelum pemerintahan dibangun,
tidak lama setelah mendapat kemerdekaan dari penjajahan Jepang Sesuai dengan UU
Reformasi Tanah yang diumumkan pada Maret 1946, pengembalian tanah dan
pembagian kembali tanah itu kepada rakyat umum dengan gratis dilaksanakan,
hingga membentuk landasan sistem perkebunan secara kolektif. Pada bulan Agustus
tahun yang sama, UU untuk menasionalisasikan pabrik utama, perusahaan,
pertambangan, stasiun pembangkit listrik , transportasi, layanan pos,
perbankan, organisasi instansi komersial dan budaya diberlakukan.
Walaupun kegiatan ekonomi tingkat individu yang berskala kecil diizinkan selama perang Korea untuk melengkapi kekurangan tingkat produksi, sebagian besar ekonomi Korea Utara dinasionalisasikan dan digunakan secara kolektif. Sampai tahun 1958, pertanian, industri kerajinan tangan, dan perdagangan skala kecil semua disatukan dengan bentuk koperasi, sehingga menyelesaikan proses “ sosialisme dalam hubungan produksi”. Setelah sistem koperasi pertanian berakhir, Korea Utara mencurahkan upayanya untuk memproduksi peralatan pertanian yang dimodernisasi untuk meningkatkan produktivitas. Kolektifitas industri pertanian dimulai pada akhir 1953, saat ‘Organisasi Koperasi Kerjasama Pertanian’ mulai dibentuk. Koperasi itu lebih berkembang selama 1954 dan tahun berikutnya, sampai Agustus 1958, semua petani terdaftar sebagai anggota koperasi itu. Sehingga sektor pertanian dapat disatukan secara sempurna. Pada awalnya, ada 13,309 organisasi koperasi pertanian, setiap koperasi itu terdiri atas rata rata 80 rumah tangga dan tanah pertanian seluas 130 ‘Chung-bo’. Pada Oktober 1958, organisasi itu dikonsolidasikan di tingkat pedesaan. Jumlah koperasi dipangkas hingga menjadi 3,843, sedangkan jumlah rumah tangga anggota setiap koperasi meningkat menjadi 300 rumah tangga dan tanah pertanian seluas 500 ‘chung-bo’. Sampai tahun 1961, manajemen pertanian penduduk lokal yang selama ini dipimpin oleh Panitia Rakyat tingkat kecamatan dipisahkan, kemudian diserahkan kepada instansi ahli industri pertanian ‘Komisi Manajemen Koperasi Pertanian ‘ untuk langsung menangani kegiatan pertanian termasuk pengoperasian pabrik alat pertanian, pabrik , kantor irigasi, pemasok bahan, dan karantina peternakan. Pada tahun 1962, organisasi itu dinamakan ‘Perkebunan Kolektif’ sehingga membangun sistem manajemen perkebunan kolektif Korea Utara.
Walaupun kegiatan ekonomi tingkat individu yang berskala kecil diizinkan selama perang Korea untuk melengkapi kekurangan tingkat produksi, sebagian besar ekonomi Korea Utara dinasionalisasikan dan digunakan secara kolektif. Sampai tahun 1958, pertanian, industri kerajinan tangan, dan perdagangan skala kecil semua disatukan dengan bentuk koperasi, sehingga menyelesaikan proses “ sosialisme dalam hubungan produksi”. Setelah sistem koperasi pertanian berakhir, Korea Utara mencurahkan upayanya untuk memproduksi peralatan pertanian yang dimodernisasi untuk meningkatkan produktivitas. Kolektifitas industri pertanian dimulai pada akhir 1953, saat ‘Organisasi Koperasi Kerjasama Pertanian’ mulai dibentuk. Koperasi itu lebih berkembang selama 1954 dan tahun berikutnya, sampai Agustus 1958, semua petani terdaftar sebagai anggota koperasi itu. Sehingga sektor pertanian dapat disatukan secara sempurna. Pada awalnya, ada 13,309 organisasi koperasi pertanian, setiap koperasi itu terdiri atas rata rata 80 rumah tangga dan tanah pertanian seluas 130 ‘Chung-bo’. Pada Oktober 1958, organisasi itu dikonsolidasikan di tingkat pedesaan. Jumlah koperasi dipangkas hingga menjadi 3,843, sedangkan jumlah rumah tangga anggota setiap koperasi meningkat menjadi 300 rumah tangga dan tanah pertanian seluas 500 ‘chung-bo’. Sampai tahun 1961, manajemen pertanian penduduk lokal yang selama ini dipimpin oleh Panitia Rakyat tingkat kecamatan dipisahkan, kemudian diserahkan kepada instansi ahli industri pertanian ‘Komisi Manajemen Koperasi Pertanian ‘ untuk langsung menangani kegiatan pertanian termasuk pengoperasian pabrik alat pertanian, pabrik , kantor irigasi, pemasok bahan, dan karantina peternakan. Pada tahun 1962, organisasi itu dinamakan ‘Perkebunan Kolektif’ sehingga membangun sistem manajemen perkebunan kolektif Korea Utara.
2.3.2.1 Peluncuran Rencana Pembangunan Ekonomi
Karena
kebijakan ekonomi yang ditetapkan oleh kolonial Jepang, dimana sebagian besar
stasiun pembangkit listrik dan fasilitas industri terletak di bagian daerah
utara Semenanjung Korea, maka hal itu membantu Korea Utara pada awalnya untuk
lebih mudah melakukan pembangunan ekonomi modern dan industrialisasi ekonomi.
Rencana Pembangunan Ekonomi Korea Utara dimulai menyusul kemerdekaan, atau sebelum pemerintahan dibangun. Dua kali masa Rencana Pembangunan Satu Tahun dilaksanakan pada tahun 1947 dan 1948. Pada tahun 1949, Rencana Pembangunan Dua Tahun dilakukan untuk menghapuskan faktor negatif di sektor industri yang tersisa oleh penjajahan Jepang dan meningkatkan produksi, tetapi rencana pembangunan itu dihentikan karena perang Korea. Pada April 1954, Korea Utara memutuskan dalam pertemuan ke-7 Sidang Rakyat Tertinggi pertama bahwa peningkatan produksi setingkat sebelum perang , dan Rencana Pembangunan Tiga Tahun untuk pemulihan ekonomi dilakukan. Rencana itu, melalui bantuan Cina dan Uni Soviet , diselesaikan secara sukses 4 bulan lebih dini daripada jadwal. Pada tahun 1957, REPELITA (5 tahun) dilakukan untuk meletakkan fondasi industri untuk ekonomi sosialis , dan untuk menyajikan pakaian, makanan dan perumahan kepada rakyat. Bantuan dari Cina dan Uni Soviet, dan negara komunis lainnya memungkinkan Korea Utara mencapai target mereka dua tahun lebih dini daripada jadwal.
Rencana Pembangunan Ekonomi Korea Utara dimulai menyusul kemerdekaan, atau sebelum pemerintahan dibangun. Dua kali masa Rencana Pembangunan Satu Tahun dilaksanakan pada tahun 1947 dan 1948. Pada tahun 1949, Rencana Pembangunan Dua Tahun dilakukan untuk menghapuskan faktor negatif di sektor industri yang tersisa oleh penjajahan Jepang dan meningkatkan produksi, tetapi rencana pembangunan itu dihentikan karena perang Korea. Pada April 1954, Korea Utara memutuskan dalam pertemuan ke-7 Sidang Rakyat Tertinggi pertama bahwa peningkatan produksi setingkat sebelum perang , dan Rencana Pembangunan Tiga Tahun untuk pemulihan ekonomi dilakukan. Rencana itu, melalui bantuan Cina dan Uni Soviet , diselesaikan secara sukses 4 bulan lebih dini daripada jadwal. Pada tahun 1957, REPELITA (5 tahun) dilakukan untuk meletakkan fondasi industri untuk ekonomi sosialis , dan untuk menyajikan pakaian, makanan dan perumahan kepada rakyat. Bantuan dari Cina dan Uni Soviet, dan negara komunis lainnya memungkinkan Korea Utara mencapai target mereka dua tahun lebih dini daripada jadwal.
2.3.2.2
Gerakan
Chollima
Perkataan
‘chollima (kuda yang bisa berlari seribu mil)’ berarti kuda mitos yang bisa
berjalan berjarak seribu mil dalam sehari. Gerakan Chollima adalah kampanye
massal bertujuan untuk membangun ekonomi sosialis secara efektif dan memacu
gerakan itu. Pemerintah mempromosikan untuk cepat mencapai target produksi dan
membangun ekonomi sosialis seperti kecepatan yang sama dengan kuda mitos,
Chollima.
Gerakan
Chollima mewakili kebijakan ekonomi yang dirancangan untuk mengerahkan penduduk
secara massal dan secara efisien. Regim Korea Utara yakin bahwa peningkatan
produktifitas bisa terwujud melalui perubahan dan perbaikan pikiran para buruh
yang dipersenjatai dengan ideologi komunis yang lengkap. Ada berbagai gerakan
yang hampir bertujuan sama yaitu mempromosikan produksi sebelum gerakan
Chollima, seperti ‘gerakan peningkatan produktifitas’ selama masa perang, dan
‘gerakan peringatan 1 Maret’ ‘ gerakan peringatan 1 Mei’ dan ada juga ‘gerakan
untuk merebut bendera kemenangan Minchungsoon-hwe’.
Kemudian,
Gerakan Chollima diluncurkan dalam pertemuan sidang paripurna Komisi Sentral
Partai yang diadakan pada Desember 1956. Hingga gerakan ini menjadi gerakan
sistematis pertama untuk memacu sistem persaingan di masyarakat Korea Utara
untuk mencapai target produksi dan pembangunan ekonomi sosialis lebih cepat.
Setelah
ditetapkan sebagai kebijakan umum partai buruh, gerakan itu diterapkan di
seluruh pelosok Korea Utara seiringi dengan Repelita yang dimulai tahun 1957 .
Pada tahun 1959, gerakan itu lebih digalakkan dengan nama ‘gerakan tim kerja
Chollima’, dan gerakan itu memberikan sumbangan pada pencapaian Rencana
Pembangunan Lima Tahun Korea Utara. Gerakan Chollima diganti dengan ‘gerakan
untuk memperoleh 3 revolusi utama dengan bendera merah’ pada tahun 1975.
Gerakan Chollima mendominasi sebagai gerakan untuk meningkatkan kompetisi
kalangan buruh di masyarakat Korea Utara.
2.3.2.3
Peluncuran
Rencana Pembangunan 7 tahun
Pada
tahun 1961, Korea Utara melaksanakan proyek pembangunan ekonomi berdasarkan
sistem ekonomi sosialis. Pembangunan dilaksanakan dalam 3 kali Rencana Pembangunan
7 tahun, dan di tengah Rencana Pembangunan itu, juga melakukan Rencana
Pembangunan tambahan selama 6 tahun. Rencana Pembangunan 7 tahun pertama
dimulai tahun 1961 dengan tujuan memperbaiki kehidupan rakyat dan membangun
fondasi industri yang terbentuk selama Repelita (5 tahun) pada akhir 1950an.
Pada waktu itu, ekonomi Korea Utara mencapai industrialisasi yang menitik beratkan pada industri berat, seperti manufaktur alat-alat mesin. Tetapi, kebijakan itu menghadapi rintangan karena industrialisasi yang hanya memenuhi permintaan domestik semakin terbatas. Sementara itu, krisis rudal Kuba pada Oktober 1962 membuat pemimpin Korea Utara merasa perlu meningkatkan kemampuan militernya. Hal itu menjadi alasan bagi Korut untuk menciptakan ‘4 arah kebijakan militer utama ‘ yang memfokuskan pada peningkatan investasi untuk meningkatkan kekuatan militer.
Korea Utara menemukan posisi yang sulit di antara Cina dan Uni Soviet yang bertentangan dan hal itu mengakibatkan pengurangan bantuan ekonomi dari negara sosialis itu, sehingga mengakibatkan penundaan target Rencana Pembangunan mereka. Jadwal untuk Rencana Pembangunan 7 tahun diperpanjang sampai 3 tahun selama Oktober 1966 dalam pertemuan perwakilan partai; tetapi Rencana Pembangunan itu gagal untuk mencapai targetnya.
Pada waktu itu, ekonomi Korea Utara mencapai industrialisasi yang menitik beratkan pada industri berat, seperti manufaktur alat-alat mesin. Tetapi, kebijakan itu menghadapi rintangan karena industrialisasi yang hanya memenuhi permintaan domestik semakin terbatas. Sementara itu, krisis rudal Kuba pada Oktober 1962 membuat pemimpin Korea Utara merasa perlu meningkatkan kemampuan militernya. Hal itu menjadi alasan bagi Korut untuk menciptakan ‘4 arah kebijakan militer utama ‘ yang memfokuskan pada peningkatan investasi untuk meningkatkan kekuatan militer.
Korea Utara menemukan posisi yang sulit di antara Cina dan Uni Soviet yang bertentangan dan hal itu mengakibatkan pengurangan bantuan ekonomi dari negara sosialis itu, sehingga mengakibatkan penundaan target Rencana Pembangunan mereka. Jadwal untuk Rencana Pembangunan 7 tahun diperpanjang sampai 3 tahun selama Oktober 1966 dalam pertemuan perwakilan partai; tetapi Rencana Pembangunan itu gagal untuk mencapai targetnya.
2.3.3 Korea
Utara di bawah sistem pemerintahan diktator Kim Il-sung
2.3.3.1
Menguatnya
sistem kekuasaan tunggal (dictator) Kim Il-sung
Selama
1970an, sistem kekuasaan tunggal Kim Il-sung menjadi landasan untuk
mengidolakan Kim Il sung dan anak yang menjadi pewarisnya, Kim Jong-il. Di
bawah sistem kekuasaan Kim il sung yang kokoh, Kim meletakkan pondasi untuk
menjadikan Kim Jong-il sebagai pemimpin dimasa depan. Untuk mencapai tujuan
itu, tindakan pembersihan kelompok oposisi yang menolak sistem dinasti yang
mewariskan tahta keuasaan itu terus berlanjut. Bukti menunjukkan adanya
usaha-usaha untuk menyempurnakan sistem kekuasaan tunggal Kim Il sung adalah
pembuatan konstitusi baru. Konstitusi sosialis itu menyumbang sebagai tulang
punggung sistem hukum Korea Utara sampai direvisi pada tahun 1992 untuk
memudahkan proses pewarisan kekuasaannya ke Kim Jong-il. Kim Jong-il mulai
dilatih sebagai pewaris pada September tahun 1973. Kim Jong-il diangkat sebagai
sekretaris umum partai buruh . Sementara itu, proses penghapusan kekuatan
oposisi yang menentang pewarisan kekuasaan kepada Kim Jong-il juga dilanjutkan,
hingga adik Kim Il sung, Kim Young-ju, dan beberapa pejabat militer termasuk
Kim Dong-gyu, Rhee Yong-mu dan Ryu Jang-sik diturunkan dari jabatan mereka pada
tahun 1973.
2.3.3.2
Pernyataan Bersama 4 Juli
Kontak
rahasia antara pejabat tinggi Korea Selatan dan Korea Utara menghasilkan
Pernyataan Bersama 4 Juli 1972. Setelah pertemuan rahasia diadakan di
Panmunjom, pertemuan rahasia lain di Seoul dan Pyongyang antara kepala Badan
Intelijen Korea Selatan Lee Hu-rak dan wakil perdana menteri Korea Utara, Park
Sung-chul menghasilkan Pernyataan Bersama yang diumumkan dengan sekaligus oleh
Seoul dan Pyongyang dengan isi sebagai berikut:
① Tiga pilar utama untuk reunifikasi yakni berdiri
sendiri, perdamaian dan solidaritas di antara bangsa Korea,
② Menahan diri dari saling memfitnah dan melarang
penggunaan kekuatan militer,
③ Melaksanakan berbagai pertukaran antarKorea secara leluasa,
③ Melaksanakan berbagai pertukaran antarKorea secara leluasa,
④ Kerjasama dalam operasi Palang Merah,
⑤ Pembukaan saluran telepon hubungan langsung
antarKorea,
⑥ Membangun Komite Koordinasi Korea Selatan dan
Korea Utara,
⑦ Dan melaksanakan isi Pernyataan Bersama secara
setia
Walaupun
Korea Utara dan Korea Selatan gagal untuk mengatasi masalah mendasar terkait
isu reunifikasi, namun keberhasilan membuat Pernyataan Bersama adalah peristiwa
bermakna penting. Saluran komunikasi politik langsung dibangun antara pemimpin
kedua negara. Bagi Korea Utara, Pernyataan Bersama itu bisa menunjukkan
kepercayaan diri mereka yang telah menguasai sistem politik tunggal secara
sempurna lewat kekuasaan Kim Il-sung . Dalam segi diplomatik, pernyataan itu
menunjukkan tekad Korea Utara yang ingin menganeragamkan lingkup diplomasinya.
Korea Utara terus mengkokohkan sistem kepemimpinannya secara stabil melalui
serangkaian proses hingga tahun 1970an sampai Kim il sung meninggal tahun 1994.
2.3.3.3
Keanekaragaman diplomasi
Korea
Utara pada awalnya melakukan diplomasi terbatas hanya dengan negara komunis seperti
Cina dan Uni Soviet. Namun, konflik yang terjadi di kubu negara komunis antara
Rusia dan Cina membuat Korea Utara membuka hubungan dengan negara netral pada
tahun 1960an. Pada 1970an, diplomasi dengan negara barat juga dilaksanakan
secara aktif. Alasannya perubahan kebijakan diplomatik Korea Utara adalah
sebagai berikut: Cina menjadi anggota PBB pada tahun 1971, pencairan hubungan
AS –Cina setelah kunjungan presiden Nixon ke Cina tahun 1972, normalisasi
hubungan Cina-Jepang, dan semakin sering terjadinya perdebatan antara kedua
Korea di panggung internasional termasuk PBB dan organisasi internasional lain.
Dalam
pertemuan partai buruh ke-6 yang diadakan Oktober 1980, pimpinan Korea Utara
mengumumkan 3 prinsip dasar dalam kebijakan diplomatiknya, yakni berdiri
sendiri, persahabatan dan perdamaian , dan mendorong keanekaragaman hubungan
diplomatik lebih banyak dengan negara barat.
Upaya
untuk membangun hubungan dengan AS juga didorong selama waktu itu. Pada Januari
1984, melalui agenda pertemuan “tindakan baru untuk mewujudkan suasana
perdamaian di Korea “ yang dibahas dalam Sidang Rakyat Tertinggi dan Komisi
Rakyat Sentral , sebuah usulan sempat diajukan yaitu ‘perlu diadakannya
pertemuan segi-3 antara kedua Korea dan A.S.
2.3.4
Pembatasan pengembangan ekonomi
2.3.4.
1
Rencana
Pembangunan 6 tahun pertama (1971∼1976)
Rencana pembangunan ekonomi itu
diluncurkan dalam pertemuan partai ke-5 pada tahun 1970 dengan tujuan
mewujudkan ‘pengembangan 3 teknologi utama ‘ dan meningkatkan struktur industri
Korea Utara. Proyek ekonomi itu sangat diperhatikan karena peranan teknologi
dan modal diutamakan, dengan kesadaran terbatasnya struktur ekonomi yang dapat
mengerahkan tenaga secara massal.
Maka, rencana itu terfokus pada penerapan
teknologi, modal, dan peralatan dari negara barat. Tetapi hutang luar negeri
menjadi masalah serius dari mulai 1975 karena barang impor tidak dibayar
kembali pada waktu yang tepat. Lebih jauh lagi, dengan sistem ekonomi yang
kaku, berbagai masalah di sektor sarana-sarana sosial termasuk energi dan
transportasi ukurannya semakin besar. Rencana Pembangunan 6 tahun itu diketahui
berakhir secara sukses pada tahun 1975, dapat mencapai targetnya 18 bulan lebih
dini daripada jadwal.
Tetapi
proyek itu sebenarnya gagal . Penyelesaian proyek itu hanya untuk merevisi
jadwal yang direncanakan . Dengan konskuensi itu, Korea Utara mengumumkan masa
transisi selama dua tahun untuk memperbaiki sektor yang belum memenuhi target.
2.3.4.
2
Rencana
Pembangunan 7 tahun putaran kedua (1978∼1984)
Rencana
pembangunan ekonomi itu mengutamakan pembangunan ekonomi secara mandiri,
modernisasi dan secara ilmu pengetahuan. Target pendapatan nasional naik sampai
1,9 kali lipat daripada tahun 1977 .
Sedangkan target produk industri bruto dan biji-bijian meningkat 2,2 kali lipat dan 10 juta ton.
Sedangkan target produk industri bruto dan biji-bijian meningkat 2,2 kali lipat dan 10 juta ton.
Menurut
pengumuman pada Pebruari 1985 bahwa semua target negara itu dapat dicapai pada
akhir 1984. Namun dinilai, proyek itu juga gagal karena seperti Rencana
Pembangunan 6 tahun sebelumnya, mereka menetapkan priode masa transisi selama
dua tahun setelah pengumuman itu. Beberapa ciri khas menonjol Rencana
Pembangunan 7 tahun, selama dua priode itu adalah sebagai berikut:
△ Pelaksanaan target tambahan seperti ‘10 tujuan
untuk membangun ekonomi sosialis untuk akhir tahun 1980an’ dan pengembangan 4
bidang untuk sumber alam dan
△ mulai lebih memperhatikan ekonomi terbuka, seperti
meningkatkan proyek ekonomi dengan negara lain, perdagangan dan pengumuman ‘UU
Usaha Bersama’
2.3.4.
3
UU
Usaha Bersama
UU itu
diumumkan dalam pertemuan Sidang Rakyat Tertinggi pada 8 September , 1984
dengan tujuan pertukaran ekonomi/teknologi dengan negara asing dan proyek
investasi bersama. Kebijakan yang secara resmi dikenal dengan ‘UU Pengoperasian
Usaha Bersama” itu bertujuan untuk menyediakan bahan bakar, bahan baku, teknologi
dan modal untuk mengaktifkan semua ekonomi dan memenuhi kebutuhan rakyat umum.
UU itu sebenarnya adalah salah satu terobosan bagi Korea Utara dalam keadaan resesi ekonomi dan keadaan sulit mendapat pinjaman dari luar negeri. Pada Maret 1985, Korea Utara mempersiapkan landasan kelembagaan yang dibutuhkan untuk kerjasama usaha dengan luar negeri itu, termasuk ‘UU terkait pengoperasian usaha bersama’ dan pajak pendapatan untuk orang asing’. Peserta utama dalam proyek itu adalah negara komunis lain maupun warga Korea pro-komunis yang tinggal di Cina, Rusia, dan Jepang. Korea Utara juga mencoba untuk menarik investasi dari ekonomi pasar seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Hong Kong , Inggris, Prancis dan Australia.
UU itu sebenarnya adalah salah satu terobosan bagi Korea Utara dalam keadaan resesi ekonomi dan keadaan sulit mendapat pinjaman dari luar negeri. Pada Maret 1985, Korea Utara mempersiapkan landasan kelembagaan yang dibutuhkan untuk kerjasama usaha dengan luar negeri itu, termasuk ‘UU terkait pengoperasian usaha bersama’ dan pajak pendapatan untuk orang asing’. Peserta utama dalam proyek itu adalah negara komunis lain maupun warga Korea pro-komunis yang tinggal di Cina, Rusia, dan Jepang. Korea Utara juga mencoba untuk menarik investasi dari ekonomi pasar seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Hong Kong , Inggris, Prancis dan Australia.
2.3.4.
4
Rencana
Pembangunan 7 tahun ketiga (1987∼1993)
Seperti halnya Rencana
Pembangunan 7 tahun selama dua priode sebelumnya, maka priode ke-3 juga
bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang berdiri sendiri, modern dan berdasarkan
ilmu pengetahuan. Mereka menargetkan pendapatan nasional meningkat 1,7 kali
lipat (pertumbuhan rata rata tahunan 7,9 persen), sedangkan produksi barang
industri dan biji-bijian meningkat 1,9 dan 1,4 kali lipat. Sebagian dari ’10
target’ direvisi termasuk bidang produksi baru dan konstruksi. Ciri khas
Renacana Pembangunan 7 tahun putaran ke-3 termasuk:
△ Skala targetnya turun, dan hal itu mencerminkan
keadaan resesi ekonomi di waktu itu,
△ mengutamakan
inovasi teknologi, dan
△ lebih menekankan perdagangan dan kerjasama ekonomi
dengan negara lain. Korea Utara menyampaikan niatnya untuk membuka ekonominya
dengan pengumuman ‘zona perdagangan bebas Najin-Sunbong’ sejalan dengan proyek
pengembangan muara sungai Tumen oleh UNDP (Program Pembangunan PBB). Untuk
menyaingi Olimpiade Seoul 1988, Korea Utara memobilisasi tenaga dan investasi
skala besar untuk mengadakan 13 festival pemuda dan siswa internasional, tetapi
hasilnya tidak begitu besar. Sejalan dengan ambruknya mitra ekonomi Korea
Utara, Uni Soviet dan negara komunis Eropa Timur, kebijakannya yang
mengutamakan politik, dan faktor negatif lainnya mengakibatkan Rencana
Pembangunan itu gagal. Pendapatan nasional hanya tumbuh 61 persen dari target
semula, sedangkan ekspor hanya mencapai 52,5 persen dan pertumbuhan ekonomi di
sektor utama lainnya mencapai 20~50 persen dari target. Untuk kali pertama,
Korea Utara tidak ada pilihan, selain hanya secara resmi mengumumkan kegagalan
Rencana Pembangunan ekonomi mereka.
2.3.5
Perubahan Hubungan antar Korea
2.3.5.
1
Pertemuan
Palang Merah antarKorea dan Reuni keluarga terpisah
Pada 12
Agustus 1971, Palang Merah Korea Selatan mengusulkan kepada Korea Utara melalui
Siaran Radio KBS untuk mengadakan reuni anggota keluarga yang terpisah selama
Perang Korea.
Dua hari kemudian, pihak Palang
Merah Korea Utara melalui siaran Pyongyang menyetujui usulan Seoul untuk
mengadakan pertemuan Palang Merah antara kedua Korea. Hasil pertemuan tahap
pertama dan kedua tidak begitu memuaskan, kedua pihak hanya menyetujui 5
prinsip agenda dasar untuk reuni itu yakni konfirmasi alamat anggota keluarga
terpisah (kalau masih hidup), bebas berkunjung dan berkumpul, bebas bertukar
surat, dan hal-hal lain sesuai dengan prinsip kemanusiaan.
Pertemuan
dibuka kembali setelah Palang Merah Korea Utara mengumumkan pihaknya akan
menyerahkan bantuan untuk korban banjir besar yang melanda Korea Selatan pada
tahun 1984. Pertemuan 3 kali itu menghasilkan persetujuan untuk mengadakan
reuni untuk keluarga terpisah. Dari 20 ~23 September 1985, ketua Palang Merah
kedua negara langsung memandu 151 anggota keluarga ke Seoul dan Pyongyang.
Reuni keluarga dapat dilaksanakan walaupun jumlahnya terbatas dan waktunya
singkat untuk kali pertama setelah 3 dekade. Namun reuni itu terhenti untuk
beberapa lama, hingga dibuka kembali pada tahun 2000 untuk tahap kedua .
2.3.5.
2 Kerjasama ekonomi tingkat sipil
Perbaikan
hubungan Korea Selatan dan Utara bukan hanya terjadi dalam bentuk upaya
kemanusian seperti reuni keluarga terpisah dan penyerahan bantuan. Walaupun
sangat terbatas, berbagai pertukaran dan kunjungan satu sama lain di antara
kedua Korea mulai terjadi, sehingga semakin membentuk suatu landasan untuk
pertukaran tingkat sipil.
Kejadian
yang menarik perhatian besar pada waktu itu adalah kunjungan Jung Ju-young,
ketua grup Hyundai, ke Pyongyang. Pendiri Hyundai, Jung Ju-young bertemu dengan
pejabat tinggi Korea Utara termasuk Kim il-sung sebelum dia kembali ke Seoul.
Kunjungan
itu adalah kejadian yang dapat diramalkan sebagai mulai terwujudnya kerjasama
ekonomi kedua Korea. Khususnya dalam kunjung tersebut ada kesepakatan dengan
pihak Pyongyang untuk mengirim wisatawan Korea Selatan ke gunung Geumgang Korea
Utara. Walaupun pada awalnya kemungkinan terwujudnya proyek itu masih sangat
diragukan dan harus memakan 10 tahun sampai dapat terwujud nyata, namun
kesepakatan itu memiliki makna bersejarah dimana warga biasa Korea Selatan,
bukan tokoh politik, dapat mengunjungi teritorial Korea Utara secara bebas.
2.3.6 Kematian
Kim Il-sung dan pewarisan kekuasaan Negara
Kim
Il-sung meninggal pada pukul 2:00 dini hari pada 8 Juli, 1994. Tetapi
pengumuman resmi oleh pemerintah Korea Utara disampaikan dalam bentuk ‘siaran
khusus’ 34 jam kemudian. Penyebab kematian Kim Il-sung yang diumumkan secara
resmi adalah kematian otot jantung karena tidak adanya suplai darah yang
disebabkan oleh kecapean karena dia bekerja berlebihan tanpa memelihara
kesehatannya.
Upacara
perpisahan terakhir diadakan 11 hari setelah kematiannya, pada 19 Juli. Seperti
Lenin dan Mao, jenazah Kim dibalsem dan disimpan di istana kepresidenan
Kumsusan, Pyongyang.
2.3.6.
1 Pemegangan kekuasaan dengan wasiat ayahnya.
Karena
Kim Jong-il, diangkat dan dibesarkan sebagai pewaris politik ayahnya sejak
tahun 1970an, maka dia sudah siap secara penuh untuk mewariskan tugas mendiang
ayahnya, sehingga dia tampaknya akan dapat memegang kekuasaan tanpa kesulitaan.
Tetapi , kegiatan pewarisan kekuatan dari ayah ke anak sulit ditemukan
contohnya , apalagi tidak ada contoh pewarisan seperti itu berhasil di negara
Komunis .
Dengan
alasan itu, dunia memperhatikan Pyonggyang. Namun, diluar dugaan dari sebagian
besar masyarakat dunia, Kim Jong-il tidak mewariskan jabatan apapun dari
ayahnya, tetapi hanya memerintah negaranya atas wasiat, nama dan ajaran ayahnya
sebagai panglima militer Korea Utara yang sudah meninggal dunia. Selama periode
3 tahun, Kim Jong-il hanya menyatakan bahwa dia akan memerintah Korea Utara
menurut harapan dan ajaran ayahnya. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga kekuasaan
dan kekuatan mistik ayahnya. Kim Il-sung mengizinkan Kim Jong-il memerintah
sebagai pemimpin tertinggi secara de fakto. Namun, Kim Jong-il tidak segera
mewariskan jabatan apapun secara resmi. Periode ini disebut sebagai waktu
‘kekuasaan negara Kim Jong-il dengan wasiat ayahnya’.
Sistem
kekuasaan negara dengan wasiat ayahnya bisa dimungkinkan oleh ideologi
pemerintahan otoriter, berdasarkan kombinasi tradisi sistem keluarga dimana
ayahnya paling dihargai, dari ideologi Marxism-Leninism dengan kondisi Korea
Utara yang unik. Kim Jong-il mengkukuhkan filsafat untuk memerintah negaranya
dengan ‘semangat pembangunan nasional secara mandiri’, yang diketahui sebagai
‘Juche’ atau ‘Kim isme”
Kim
Jong-il memilih cara yang dapat menguatkan landasan kekuatan politiknya secara
bertahap, dengan pencanangan kekuasaan ayahnya Kim Il-sung, sehingga
menghindari beban politik melalui pewarisan, tanggungjawab tentang kesulitan
ekonomi dan isolasi negaranyadimasyarakatinternaional.
Pekerjaan pengidolaan Kim Il-sung, dengan mencanangkan norma tradisional seperti kesetiaan dan kewajiban terhadap orang atasan dan orang tua, hingga lama-kelamaan Kim Jong-il dapat mengalihkan karisma dan kekuasaan Kim il-sung kepadanya secara alami. Untuk mencapai hal itu Kim Jong-il harus memblokir kubu oposisi yang menolak sistemnya lebih dini, dan sekaligus memperkuat landasan sistem kekuasaan tunggal Kim Jong-il.
Pekerjaan pengidolaan Kim Il-sung, dengan mencanangkan norma tradisional seperti kesetiaan dan kewajiban terhadap orang atasan dan orang tua, hingga lama-kelamaan Kim Jong-il dapat mengalihkan karisma dan kekuasaan Kim il-sung kepadanya secara alami. Untuk mencapai hal itu Kim Jong-il harus memblokir kubu oposisi yang menolak sistemnya lebih dini, dan sekaligus memperkuat landasan sistem kekuasaan tunggal Kim Jong-il.
2.3.6.
2 Rencana pembangunan ekonomi di masa transisi (1994∼1996)
Korea
Utara secara resmi mengumumkan kegagalan Rencana Pembangunan 7 tahun putaran
ketiga secara jelas dalam pertemuan ke-21 Komisi Partai Sentral ke-6 pada tahun
1993. Setelah itu, mereka menetapkan periode 3 tahun (1994~1996) sebagai
‘periode pembangunan ekonomi negara sosialis’ dan menetapkan strategi baru
selama periode ini termasuk ‘mengutamakan 3 bidang dalam ekonominya seperti
pertanian, industri ringan dan perdagangan’. Walaupun masa transisi ini sudah
direncanakan sebelum kematian Kim Il-sung, tetapi secara kebetulan Kim Jong-il
bisa memiliki periode transisi sebelum sistemnya sendiri dijalankan.
2.3.6.
3 Krisis nuklir Korea Utara
Krisis nuklir Korea Utara dimulai
pertama kali saat Korea Utara menarik diri dari NPT (Perjanjian non-proliferasi
nuklir) pada tahun 1993. Korea Utara menandatangani pernyataan sepakat untuk
menaati perjanjian NPT itu dengan IAEA (Badan tenaga atom internasional) pada
Januari 1992. Sebagai syarat untuk perjanjian itu, pihak IAEA melakukan 6 kali
inspeksi di Korea Utara dan menemukan bukti yang mencurigakan bahwa beberapa
kilogram plutonium yang bisa membuat senjata nuklir telah diekstrak, karena ada
selisih sebanyak 90 gram dari yang dilaporkan oleh Korea Utara pada awalnya.
Dengan
hasil itu IAEA segera meminta pelaksanaan inspeksi khusus, namun Korea Utara
menolak permintaan itu dan menarik diri dari NPT sebagai aksi protes. Hampir
setahun penuh negosiasi dilakukan namun gagal, kemudian konflik tentang masalah
nuklir Korea itu sempat membawa krisis yang hampir menyebabkan terjadinya
perang pada Juni 1994. Pertemuan dibuka kembali setelah kunjungan dramatis oleh
mantan presiden AS Carter, yang mengadakan pertemuan dengan pemimpin Korea
Utara ketika itu, Kim Il-sung. Negosiasi AS dan Korea Utara dilanjutkan dengan
mencapai perjanjian Jenewa pada Oktober 1994 yang diikuti oleh duta besar AS
urusan nuklir, Robert Gallucci dan wakil menteri Deplu Korea Utara, Kang
Suk-ju. Persetujuan bersyarat dibuat, Korea Utara akan menghentikan program
nuklirnya dan sebagai imbalannya akan menerima minyak solar dan reaktor air
ringan, hingga secara efektif menyelesaikan krisis nuklir Korea Utara putaran
pertama. Walaupun Perjanjian Jenewa tercapai setelah kematian Kim Il sung,
namun hal itu bermakna bahwa kerangka dasar untuk hubungan Korea Utara dan AS
terbentuk dalam masa akhir ‘Era Kim Il-sung’.
2.3.7
Era Kim Jong-il dan ‘kebijakannya
yang mementingkan militer’
2.3.7.1 Pembukaan era Kim Jong-il
Dalam
sistem kekuasaan tunggal, ketidakadaan pemimpin tertinggi mengakibatkan
kekacauan sistem itu dan membawa krisis rejim. Konflik di antara kekuatan
politik setelah kematian diktator di negara komunis merupakan contoh baik.
Terkait kondisi Korea Utara, kematian Kim Il-sung bisa menjadi ancaman serius
pada rejim penguasa pada waktu itu. Tetapi Korea Utara sudah lama
mempersiapkannya, baik sebelum maupun setelah kematian Kim Il-sung melalui
pekerjaan menkokohkan sistem kekuasaan dengan warisan sehingga dapat menghindari
krisis itu secara stabil.
Saat
Pemilihan Kim Jong-il sebagai Sekretaris Umum Partai Buruh pada 8 Oktober 1997,
merupakan waktu transisi dari periode kekuasaan oleh warisan ayahnya ke era Kim
Jong-il secara nyata. Dengan momentum itu, Kim Il-sung tampil secara resmi
untuk pertama kali di publik sebagai pemimpin.
Pertemuan ke-10 Sidang Rakyat Tertinggi diadakan setahun kemudian, pada 5 September 1998. Karena konferensi tidak diadakan setelah kematian Kim Il-sung, maka secara wajar hal itu bermakna bahwa era baru sudah mulai. Lebih jauh, pertemuan Sidang Rakyat Tertinggi memilih kembali Kim Jong-il sebagai ketua Komite Pertahanan Nasional, dan merevisi kembali Konstitusi baru. Kendatipun tidak ada upacara pelantikan, namun Kim Jong-il menjadi penguasa de fakto Korea Utara.
Pertemuan ke-10 Sidang Rakyat Tertinggi diadakan setahun kemudian, pada 5 September 1998. Karena konferensi tidak diadakan setelah kematian Kim Il-sung, maka secara wajar hal itu bermakna bahwa era baru sudah mulai. Lebih jauh, pertemuan Sidang Rakyat Tertinggi memilih kembali Kim Jong-il sebagai ketua Komite Pertahanan Nasional, dan merevisi kembali Konstitusi baru. Kendatipun tidak ada upacara pelantikan, namun Kim Jong-il menjadi penguasa de fakto Korea Utara.
Konstitusi
baru tahun 1998 diberi nama ‘Konstitusi Kim Il-sung’. Pengawal Konstitusi
menyebut Kim Il-sung sebagai ‘pemimpin tertinggi selamanya di Korea Utara’ dan
menekankan bahwa “negara akan mempertahankan dan menyelesaikan amanat dan
pikiran Kim il-sung, sampai mencapai ‘revolusi Juche‘.
Ungkapan
itu menkokohkan wewenang dan hak kekuasan anaknya Kim Jong-il karena Konstitusi
baru melarang seseorang menjadi pemimpin tertinggi selain Kim Il-sung, artinya
Korea Utara secara nyata tidak memiliki presiden negara setelah Kim Il-sung
meninggal. Kekuatan mantan presiden (Kim Il-sung) dibagi dan didistribusi
kepada Komite Partai Buruh permanen, Komisi Pertahanan Nasional dan kabinet.
Menurut susunannya, anggota senior di dalam Sidang Rakyat Tertinggi merupakan
badan politik tertinggi, maka ketua badan itu mewakili Korea Utara sebagai
pemimpin.
Tetapi,
sebenarnya, Komisi Pertahanan Nasional, yang berdiri sendiri dan tidak terikat
pada badan politik lain itu, merupakan badan kekuatan politik paling tinggi
secara nyata. Oleh karena itu, ketua Komisi Pertahanan Nasional sebenarnya
adalah pemimpin tertinggi de fakto di Korea Utara.
Oleh
karena itu, mendiang Kim Il-sung masih tetap memimpin Korea Utara melalui
wasiatnya, dan anaknya, Kim Jong il. Katanya, Kim Jong-il yang mewariskan semua
ajaran dan wasiat ayahnya secara otomatis menjadi pemimpin negara komunis itu.
Maka, hal itu mengangkat Kim Jong il sebagai politisi super yang statusnya
hampir sama dengan status ayahnya. Artinya, rejim Kim Jong-il bisa dikatakan
sebagai ‘versi perpanjangan rejim Kim Il-sung’.
2.3.7.2
Politik
yang mengutamakan militer
Semboyan
baru Kim Jong-il, ‘politik yang mengutamakan militer’, adalah strategi nasional
Kim Jong-il yang bertujuan untuk memelihara rejim dan sekaligus membangun
ekonomi nasional dengan memobilisasi militer . Untuk menjaga keamanan rejim
maupun pertumbuhan ekonomi, Korea Utara secara efektif berubah menjadi ‘negara
yang mengutamakan militer’.
Konsep
inti semboyan ini didukung oleh konsep ‘ pembanguan nasional yang kuat’. Yakni,
sistem yang mengutamakan militer’ berarti penjagaan keamanan rejim dan
pembangunan nasional kuat melalui ‘politik yang memprioritaskan militer’.
Konsep yang mementingkan militer dalam politik menunjukkan bahwa kubu militer di
Korea Utara merupakan satu-satunya aset yang paling kuat dan yang dapat
dimobilisasi dengan efektif.
Oleh
karena itu, kekuatan militer dimanfaatkan untuk mengatasi kesulitan ekonomi dan
keamanan rejim. Menurut definisi Korea Utara sendiri, prinsip yang mengutamakan
militer mencakup ‘pemberian semuanya ke militer dan mempertimbangkan bahwa hal
yang paling penting dalam politik adalah militer. Yakni kegiatan politik yang
secara aktif mendorong revolusi dan pembangunan ekonomi nasional berdasarkan
kekuatan militer (Nodong Simmun). Tujuan akhir kebijakan politik itu adalah
‘membangun negara yang kuat’, yang tidak dapat diancam oleh invasi asing.
Konsep
‘sistem yang mengutamakan militer’ tampil pertama kali sejalan dengan
pembentukan sistem rejim Kim Jong-il. Perkataan ‘ militer yang terutama’ sempat
juga digunakan sebelumnya, dan berlanjut hingga setelah kematian Kim Il-sung.
Kim jong-il pernah mengungkapkan konsep itu dengan pernyataan yang hampir sama
seperti“ pikiran revolusional yang mementingkan militer’ dan ‘militer yang
memimpin partai dan rakyat’ melalui media massa Korea Utara. Sistem itu tampil
sebagai moto utama nasional setelah sebuah pidato yang disampaikan oleh Kim
Jong-il pada Oktober 1997, dimana dia mengatakan bahwa “bagaimanapun sulitnya
keadaan ekonomi, maka hal yang paling diutamakan adalah militer dan yang
lainnya akan dipertimbangkan kemudian”.
Pidato
itu disampaikan pada saat Kim Jong-il dipilih sebagai Sekretaris Umum Partai
Buruh. Dari mulai 1998, konsep revolusioner yang mementingkan militer, dan
dipimpin oleh militer’ itu secara resmi dinyatakan dalam pertemuan pertama
dalam Sidang Rakyat Tertinggi ke-10 pada September 1998.
2.3.7.3
Parade
Kesulitan dalam krisis yang menyeluruh
Walaupun
kematian Kim Il-sung itu tersendiri merupakan krisis besar bagi rejim, namun
Korea Utara sedang menghadapi masalah yang lebih besar . Apa yang disebut
“Parade Kesulitan” yang dimulai pada tahun 1995 adalah ‘krisis secara
keseluruhan yang menimpa masyarakat Korea Utara karena resesi ekonomi’. Parade
Kesulitan yang berlanjut selama periode 6 tahun sampai tahun 2000, dapat
dikatakan sebagai sejarah perjuangan untuk menjaga rejim Korea Utara.
Stagnasi dan pembatasan sistem ekonomi Korea Utara merupakan masalah serius bahkan sebelum kematian Kim Il-sung. Apalagi, ambruknya Uni Soviet dan negara komunis Eropa Timur membuat Korea Utara terisolasi dalam segi politik dan ekonomi. Kematian Kim Il-sung dan ketidakpastian politik juga menyebabkan krisis secara keseluruhan di masyarakat Korea Utara.
Stagnasi dan pembatasan sistem ekonomi Korea Utara merupakan masalah serius bahkan sebelum kematian Kim Il-sung. Apalagi, ambruknya Uni Soviet dan negara komunis Eropa Timur membuat Korea Utara terisolasi dalam segi politik dan ekonomi. Kematian Kim Il-sung dan ketidakpastian politik juga menyebabkan krisis secara keseluruhan di masyarakat Korea Utara.
Pada
waktu itu, masalah paling serius di Korea Utara adalah kekurangan pangan.
Banyak penduduk Korea Utara mati akibat kelaparan, dan hal itu memaksa Korea
Utara meminta bantuan kepada masyarakat internasional.
Walaupun
data yang dipercaya sulit untuk ditemukan gara-gara sifat ketertutupan rejim
Korea Utara, namun diduga jutaan penduduk mati akibat dari kelaparan. Anak-anak
menjadi pengemis di jalan-jalan. Untuk hidup mereka terpaksa meminta uang atau
mencuri. Para ahli yakin bahwa 1,5 sampai 3 juta orang mati akibat kelaparan
selama periode ini.
Hal-hal
seperti itu nampaknya merupakan salah satu alasan Kim Jong-il secara terpaksa
memilih cara memegang kekuasan secara sendiri melalui kekuatan warisan ayahnya.
Pernyataan ‘parade kesulitan’ berasal dari niatnya untuk mengisyaratkan
semangat perjuangan saat parade komunis Cina dalam sejarah komunisme, yaitu
“Parade Agung” .
‘Parade
kesulitan’ putaran pertama di Korea Utara adalah berarti perjuangan ‘parade
berdarah selama 100 hari’ yang dipimpin oleh Kim il-sung selama kegiatan perlawanan
bergerilla terhadap imperialis militer Jepang. Dari September 1938 , Kim
Il-sung memimpin gerilyawan untuk kemerdekaan dan memimpin 20 pertempuran
melawan militer Jepang dengan kemenangan kendati kekurangan senjata dan
pasukan, di sektiar perbatasan daerah sungai Yalu pada Maret 1939. Kemudian,
‘parade kesulitan’ putaran kedua adalah di saat gerakan anti Kim menentang
kekuasaan Kim Il-sung pada Agustus 1956. Oleh karena itu, ‘parade kesulitan’
1995 adalah putaran ketiga dalam rangkaian parade kesulitan di Korea Utara.
Korea
Utara mendefinisikan krisis ekonomi dan kekurangan pangan yang parah itu
sebagai ‘parade kesulitan, dengan tujuan untuk mengatasi masalah itu dengan
mengutip kasus dramatis dalam sejarah komunisme. Hal itu menunjukkan bahwa rejim
Korea Utara memandang krisis ekonomi itu akan dapat juga menjadi ancaman serius
bagi rejim mereka.
Pada
Oktober 2000, genap 55 tahun HUT pendirian Partai Buruh, Korea Utara
mengumumkan bahwa ‘parade kesulitan’ berakhir. Harian utama Korea Utara, Nodong
Simmun (tanggal 3 Oktober) menyebut “periode itu adalah penderitaan paling
buruk dalam sejarah manusia yang tidak pernah ditemukan .” Kim Jong-il juga
mengomentari selama kunjungannya ke Cina pada akhir Mei 2001 lalu bahwa “parade
kesulitan itu telah berakhir dan Korea Utara sekarang menghadapi aspek baru”.
Walaupun ‘parade kesulitan’ adalah krisis paling serius yang mengancam rejim
Korea Utara maupun periode paling sulit bagi penduduknya, namun parade itu juga
memiliki arti tersendiri, yaitu menjadi suatu proses untuk menkokohkan sistem
kekuasaan tunggal di bawah Kim Jong-il.
2.3.8
Korut di abad ke-21 – di
persimpangan jalan antara ‘senjata nuklir’ dan ‘pembaruan, keterbukaan’
2.3.8.1
Perbaikan
hubungan antarKorea
Salah satu ciri khas menonjol
dalam kebijakan diplomatik Korea Utara pada akhir 1990an dan 2000an adalah
diplomasi aktif dengan Korea Selatan. Hal itu sejalan dengan kebijakan Korea
Selatan yaitu “kebijakan sinar matahari” terhadap Korea Utara. Pada tahun 1998
kunjungan ke Korea Utara oleh ketua Hyundai Jung Ju-young yang membawa 500 ekor
sapi sebagai oleh-oleh untuk Korea Utara, maupun dimulainya program wisata
gunung Geumgang, mengubah paradigma hubungan antara Korea Selatan dan Korea
Utara. Proyek kompleks industri Gaesung juga dilaksanakan di daerah kota
Gaesung Korea Utara untuk menciptakan efek sinergi produksi melalui kombinasi
modal Korea Selatan dengan tanah dan tenaga dari Korea Utara.
Pada tahun 2000, presiden Kim
Dae-jung mengunjungi Pyongyang dan bertemu dengan Kim Jong-il untuk mengadakan
KTT. Kedua pemimpin mencapai Pernyataan Bersama 15 Juni, yang terdiri atas 5
prinsip utama:
△ Upaya mandiri untuk reunifikasi,
△ Mencari titik temu bersama terkait pandangan kedua
Korea tentang reunifikasi,
△ Pertemuan keluarga terpisah, dan penuntasan
masalah tawanan perang,
△Pertukaran aktif dan kerjasama, dan
△ Pembukaan kembali dialog bilateral antarKorea.
Proyek
seperti reuni keluarga terpisah dan pertemuan tingkat menteri dibahas, dan
saluran dialog antara militer dibuka. Proyek untuk menyambung rel kereta di
bagian Barat dan Timur pantai Semenanjung Korea, maupun kegiatan bersama
antarKorea untuk pertukaran tingkat sipil juga dilaksanakan.
Lebih
jauh lagi, partisipasi atlet Korea Utara dan kelompok pendukung pada Busan
Asian Games 2002 merupakan kejadian penting untuk memperbaiki hubungan Korea
Selatan dan Korea Utara. Sementara itu, lebih dari satu juta warga Korea
Selatan mengunjungi gunung Geumgang selama 6 tahun, hingga program wisata Korea
Utara itu menjadi lambang hubungan antarKorea.
Penyerahan
bantuan Korea Selatan ke Korea Utara, termasuk pupuk kimia, makanan, dan medis
juga menjadi faktor penting dalam perekonomian Korea Utara.
Korea
Selatan menjadi mitra dagang terbesar kedua bagi Korea Utara setelah Cina.
Ekonomi Korea Utara semakin menjadi bergantung pada Korea Selatan.
2.3.8.2
Inisiatif
ekonomi baru dan zona ekonomi khusus Shineuiju
Kestabilan
sistem kekuasaan Kim Jong-il tidak segera membawa kestabilan dan pertumbuhan
ekonomi Korea Utara. Pembatasan struktur sistem domestik masih ada, dan
lingkungan eksternal juga memburuk, sehingga lebih mengisolasi perekonomian
negara komunis itu. Rencana Pembangunan masa transisi 3 tahun yang berlaku pada
tahun 1994 tidak begitu mendapat hasil. Korea Utara masih bergantung pada
bantuan asing untuk memenuhi permintaan pangan domesitk, sedangkan porsi
ketergantungan ekonominya pada Cina dan Korea Selatan dalam perdagangan semakin
besar. Kekurangan dana, teknologi dan informasi membuat Korea Utara sulit mencapai
pertumbuhan ekonomi mandiri mereka.
Zona ekonomi khusus Shineuiju diusulkan sebagai cara untuk mengatasi kesulitan itu. Sebuah proyek untuk membangun Zona Perdagangan Bebas di pelabuhan Najin dan daerah Seonbong, di propinsi Hamkyeong dilaksanakan pada tahun 1991 dengan tujuan mengubah zona ini menjadi pusat logistik internasional, pusat ekspor untuk produk olahan maupun sebagai pusat wisata dan keuangan. Walaupun upaya legislasi dan institusional dikerjakan, namun lingkungan negara sosialis yang tertutup dan terbatas, infrastruktur yang belum memadai dan rendahnya tingkat kepercayaan dari luar negeri mengakibatkan gagalnya proyek itu.
Zona ekonomi khusus Shineuiju diusulkan sebagai cara untuk mengatasi kesulitan itu. Sebuah proyek untuk membangun Zona Perdagangan Bebas di pelabuhan Najin dan daerah Seonbong, di propinsi Hamkyeong dilaksanakan pada tahun 1991 dengan tujuan mengubah zona ini menjadi pusat logistik internasional, pusat ekspor untuk produk olahan maupun sebagai pusat wisata dan keuangan. Walaupun upaya legislasi dan institusional dikerjakan, namun lingkungan negara sosialis yang tertutup dan terbatas, infrastruktur yang belum memadai dan rendahnya tingkat kepercayaan dari luar negeri mengakibatkan gagalnya proyek itu.
Zona
Ekonomi khusus Shineuiju secara dasar berbeda jauh dari zona perdagangan bebas
Najin –Seonbong. Kim Jong-il, selama kunjungan ke Cina, menyaksikan reformasi
lokal dan keterbukaan yang sedang dilaksanakan negara itu. Menurut berita, dia
mengungkapkan bahwa “ dunia yang benar-benar baru sedang diciptakan di sana”.
Zona ekonomi khusus, Shineuiju adalah proyek ambisius yang datang pada saat
rencana pembangunan nasional selama masa transisi mereka, gagal dan
kepemimpinan Korea Utara tidak membuat ide baru.
Cetak biru untuk zona itu diumumkan dalam pertemuan komisi permanen Sidang Rakyat Tertinggi pada 12 September 2002. Zona ini menjadi de fakto ‘negara di dalam negara” hampir sama dengan Hong Kong, yang menjamin kegiatan bisnis dan hak properti swasta, yang dipimpin oleh menteri administrasi.
Cetak biru untuk zona itu diumumkan dalam pertemuan komisi permanen Sidang Rakyat Tertinggi pada 12 September 2002. Zona ini menjadi de fakto ‘negara di dalam negara” hampir sama dengan Hong Kong, yang menjamin kegiatan bisnis dan hak properti swasta, yang dipimpin oleh menteri administrasi.
Dengan
posisi yang terletak di dekat Cina dan laut Barat, zona itu sangat mudah untuk
diakses oleh orang dan modal asing. Di tengah perhatian besar dunia, pebinis
Cina, Yang-Bin dilantik sebagai menteri administrasi zona itu. Namun, proyek
Shineuiju ditimpa masalah saat Yang-Bin ditangkap oleh Cina dengan tuduhan
korupsi, dan sampai sekarang tidak berkembang lagi.
2.3.8.3
Krisis
nuklir Korea Utara putaran kedua
Perjanjian
Jenewa tahun 1994 membuat masalah senjata nuklir Korea Utara tenang untuk
sementara. Tetapi, kecurigaan yang disebut ‘program nuklir di daerah
Kumchangri’ sekali lagi mengangkat isu nuklir Korea Utara pada akhir 1990an.
Pertemuan tingkat tinggi antara Korea Utara dan AS menghasilkan kesepakatan untuk
menerima tim inspeksi AS.
Hubungan
AS dan Korut nampaknya pulih kembali setelah kunjungan wakil ketua komisi
Pertahanan Nasional Korea Utara, Cho Myung-rok pada Oktober 2000, ke Gedung
Putih AS. Dan menteri luar negeri AS, Madeline Albright mengunjungi Pyonyang.
Akan
tetapi, hubungan kedua negara segera berubah dengan peluncuran pemerintahaan
George W. Bush. AS secara konsisten menyampaikan kecurigaannya tentang
Persetujuan Jenewa, sedangkan Korea Utara mengutuk AS karena tidak memberikan
reaktor Air Ringan yang pernah dijanjikan. Dalam pertemuan di Pyongang dengan
delegasi AS yang dipimpin oleh asisten menteri luar negeri, James Kelly pada
Oktober 2002 , Korea Utara mengakui tentang program nuklir rahasia mereka, maka
krisis nuklir Korea Utara putaran kedua muncul kepermukaan. Korea Utara
mengoperasikan kembali fasilitas nuklir yang selama ini dibekukan, dan akhirnya
menarik diri dari NPT pada 1 Oktober 2003.
Apa yang lebih buruk, Korea Utara dicurigai menggunakan Uranium berkadar
tinggi, HEU maupun plutonium untuk mengembangkan senjata nuklir. Korea Utara
dikritik melanggar kesepakatan Jenewa, dan dengan diam-diam mengembangkan
senjata nuklir bahkan setelah persetujuan diumumkan. Terkait hal itu, Korea
Utara membela diri dengan mengatakan bahwa AS tidak memenuhi perjanjian
termasuk pemasokan reaktor Air Ringan.
2.3.8.4
Pertemuan
segi-6
Krisis
nuklir Korea Utara putaran kedua terjadi sejalan dengan kandasnya dialog antara
Korea Utara dan AS. Korea Utara mengharapkan untuk dapat bernegosiasi langsung
dengan AS dan menuntut jaminan keamanan rejim Pyongyang sebagai imbalan
pembuangan program nuklirnya. Sementara itu, AS tidak begitu suka untuk
melakukan negosiasi langsung dengan Korea Utara, dan mengatakan bahwa “tidak
ada imbalan terhadap tindakan yang salah”.
Kerangka
dialog multilateral antara AS, kedua Korea, Cina, Rusia dan Jepang diusulkan
sebagai terobosan bagi keadaan yang sudah macet total itu. Cina ditunjuk
sebagai negara pengantara, dan putaran pertama pertemuan segi-6 diadakan di
Beijing pada Juli 2003. Setelah pertemuan putaran kedua dan ketiga tidak ada
hasil. Dan setelah itu pertemuan multilateral hampir tidak aktif selama setahun
sebelum akhirnya pertemuan putaran ke-4 dibuka kembali pada akhir Juli 2005.
2.3.8.5
Kontrol
sosial di masyarakat Korea Utara mulai longgar.
Kontrol
penguasa Korea Utara terhadap masyarakat mereka pada umumnya mulai longgar
selama periode ‘parade kesulitan. Contoh baiknya adalah eksodus penduduk Korea
Utara yang menderita kelaparan. Sebagian besar pengungsi melarikan diri ke Cina
gara-gara kelaparan, ada banyak diantara mereka yang menuju ke Korea Selatan.
Mereka yang biasanya disebut
“pengungsi karena alasan ekonomi” menjadi isu HAM di masyarakat internasional.
Walaupun skalanya tidak sebanyak jumlah pengungsi yang melarikan diri dari
negara komunis saat Eropa Timur ambruk, jumlah pengungsi yang melarikan diri
dari Korea Utara terus meningkat.
BAB III
Kesimpulan
Korea
Utara adalah sebuah negara dimana negara ini terletak di utara bagian dari
negara korea Selatan, Korea Utara memiliki sistem pemerintahan diktator saat ini dipegang oleh
Kim-Jong-un, Putra pewaris dari Kim-Jong-Il. Dan presiden abadinya yaitu Kim-Il-Sung,
Pada tahun 1960 dimana ekonomi korea utara mengalami klimaks dan stabil
sedangkan tetangganya korea selatan sendiri cenderung lambat dalam aspek
perekonomian dll.
Korea Selatan dapat bangkit dalam
berbagai bidang termasuk perekonomian dan industrialisasinya di tahun 90-an dan
mengalahkan tetangganya korea utara yang kian terpuruk akibat banyak faktornya
baik itu intern atau ekstern.
Meskipun perang korea dan perang
dingin telah berakhir, dan sampai sekarang ini kedua negara kakak-adik ini saling
menunjukan eksistensinya di berbagai bidang di kancah internasional, meskipun
sempat bersih tegang pada beberapa tahun terakhir ini antara Korea Selatan dan
Korea Utara namun tidak sampai menimbulkan Perang Korea part II atau pun
perang-perang lainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar