Translate

Selasa, 04 November 2014

Take Home UTS Teori Sosial




                                                                                





Nama      : Mirza Widiarto
NIM            : 1301085014
Semester     : III
Dosen         : Dra. Tellys Corliana M.Hum
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka
2014
Jawaban
1. A. adalah Kegiatan dari proses pengembangan ide-ide yang memungkinkan seorang ilmuan menjelaskan suatu peristiwa dan fenomena tertentu. dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu teori merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih, yang telah diuji kebenarannya. suatu variabel merupakan karakteristik dari orang-orang,benda-benda atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda, seperti misalnya, usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya.
Contoh-contoh teori
1.      Teori Labeling
Teori yang dipelopori oleh Edwin M. Lemert, menekankan pada bagaimana prilaku-prilaku tertentu dilabeli “menyimpang”, dan bagaimana suatu pelabelan mempengaruhi prilaku seseorang. Menurut teori ini penyimpangan adalah suatu kondisi relatif karena penyimpangan bukanlah suatu tipe tindakan tertentu, melainkan konsekuensi dari pemberian suatu label, cap, atau julukan, atau justifikasi terhadap orang atau kelompok tertentu.Misalnya seseorang menjadi pencuri karena sering dijuluki pencuri.
2. Teori Sosialisasi
Teori sosialisai didasarkan pada pandangan teori fungsional yang mengatakan bahwa ada norma inti dan nilai-nilai tertentu yang dispekati oleh segenap anggota masyarakat. Tentu saja gambaran tentang suatu kebudayaan yang sepenuhnya utuh yang mempunyai norma dan nilai-nilai yang dipatuhi oleh semua anggota masyarakat hanyalah merupakan sebuah model untuk mengawali suatu analisis. Teori sosialisasi tertuju bahwa prilaku sosial, baik yang bersifat menyimpang maupun yang patuh dikendalikan terutama oleh norma dan nilai-nilai yang dihayati. Penyimpangan disebabkan oleh adanya gangguan pada proses penghayatan dan pengalaman pada nilai-nilai tersebut dalam prilaku seseorang.
3. Teori Fungsi
Menurut Durkheim, kesadaran dalam kesadaran moral semua anggota masyarakat tidak dimungkinkan; tiap individu berbeda satu dengan yang lainnya karena dipengaruhi secara berlainan oleh berbagai faktor seperti faktor keturunan, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Dengan demikian orang yang berwatak penjahat akan selalu ada, dan kejahatan pun akan selalu ada. Durkheim bahkan berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi kedudukan ekonomisnya, sehingga mereka mampu untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin.
4. Teori Kontrol
Para penganut  teori pengendalian menerima model masyarakat yang memilki nilai-nilai kesepakatan yang dapat diidentifikasi. Mereka berasumsi bahwa ada suatu sistem normatif yang menjadi dasar sehingga suatu perbuatan dikatakan menyimpang.Penganut teori ini beranggapan bahwa kebanyakan orang menyesuaikan diri dengan nilai dominan karena adanya pengendalian dari dalam dan dari luar.
 1. B. Berdasar proses penelitian, dalam penelitian kuantitatif, teori memiliki fungsi untuk memperjelas persoalan, menyusun hipotesis, menyusun instrumen dan pembahasan hasil analisis data. Penelitian dengan paradigma kuantitatif sebetulnya ialah mencari data untuk dibandingkan dengan teori.
Sementara itu, fungsi teori dalam penelitian kualitatif ialah untuk memperkuat peneliti sebagai human instrument, sehingga peneliti memiliki skill untuk menggali data penelitian secara lengkap, mendalam serta mampu melakukan konstruksi temuannya ke dalam tema dan hipotesis. Karena itu, dalam penelitian kualitatif, peneliti mencari teori untuk menjelaskan data penelitian yang diperoleh.
2.A. Konsep observable : Di dalam artian penelitian observasi adalah mengadakan pengamatan secara langsung, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, ragam gambar, dan rekaman suara. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.
 Konsep construct : didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti:
  1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
  2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya mampu membina pengetahuan mereka secara mandiri.
  3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
  4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
  5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
  6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.

2.B. Yang dimaksud fungsi teori “menjelaskan” adalah teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang di amati, sehingga dengan teori akan dapat mempermudah dalam pengamatan atau pun pengkajian suatu objek penelitian tersebut
contoh : dengan menggunakan teori konflik kita akan dapat memahami suatu kejadian yang pada dasarnya itu telah ada sebelumnya.
3. Epistemologi: merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode, dan batasan pengetahuan manusia yang bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan. Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh  dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Medode adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang & mapan, sistematis & logis.
Ontologi: adalah cabang filsafat mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui. Dalam ilmu pengetahuan sosial ontologi terutama berkaitan dengan sifat interaksi sosial. Menurut  Stephen Litle John, ontologi adalah mengerjakan terjadinya pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. Bagi ilmu sosial ontologi memiliki keluasan eksistensi kemanusiaan.
Aksiologis: adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai seperti etika, estetika, atau agama. Litle John menyebutkan bahwa aksiologis, merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (nilai-nilai) Litle John mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini adalah dengan nama metatori. Metatori adalah bahan spesifik pelbagai teori seperti tentang apa yang diobservasi, bagaimana observasi dilakukan dan apa bentuk teorinya. ”Metatori adalah teori tentang teori” pelbagai kajian metatori yang berkembang sejak 1970 –an mengajukan berbagai metode dan teori, berdasarkan perkembangan paradigma sosial. Membahas hal-hal seperti bagaimana sebuah knowledge itu (epistemologi) berkembang.Sampai sejauh manakah eksistensinya (ontologi) perkembangannya dan bagaimanakah kegunaan nilai-nilainya (aksiologis) bagi kehidupan sosial. Perbedaan antarparadigma tersebut juga bisa didasarkan atas 4 ( empat) dimensi yaitu:
  1. Epistemologis, yang antara lain menyangkut asumsi mengenai hubungan antara peneliti dan yang diteliti dalam proses untuk memeroleh pengetahuan mengenai obyek uang diteliti. Kesemuanya menyangkut teori pengetahuan ( theory og knowledge) yang melekat dalam perspektif teori dan metodologi.
  2. Ontologis, yang berkaitan dengan asumsi mengenai obyek atau realitas sosial yang diteliti.
  3. Metodologi, yang berisi asumsi-asumsi mengenai bagaimana cara memeroleh pengetahuan mengenai suatu obyek pengetahuan.
  4. Aksiologis, yang berkaitan dengan posisi value judgment, etika, dan pilihan moral peneliti dalam suatu penelitian.

PERBEDAAN ONTOLOGIS
KLASIK
KONSTRUKTIVIS
KRITIS
Critical realism:
  • Ada realitas yang “real” yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku universival, walapaun kebenaran pengetahuan tsb. Mungkin hanya bisa diperoleh secara probabilistic
Relativism :
  • Realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berllaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial
Historical realism:
  • Realitas yang teramati merupakan realitas “semu” ( virtual reality” yang telah terbentuk oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial budaya, dan ekonomi politik

PERBEDAAN EPISTEMOLOGIS
KALSIK
KONSTRUKTIVIS
KRITIS
Dualist/Objectivist :
  • Ada ralitas objetif, sebagai suatu realitas yang eksternal di luar diri peneliti. Peneliti harus sejauh mungkin membuat jarak dengan objek penelitian.
Transacsionalist/Subjectivist:
  • Pemahaman suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi peneliti dengan yang diteliti.
Transacsionalist/Subjectivist:
  • Hubungan peneliti dengan yang diteliti selalu dijembatani nilai-nilai tertentu. Pemahaman tentang suatu realitas merupakan value mediated findings.

PERBEDAAN AKSIOLOGIS
KLASIK
KONSTRUKTIVIS
KRITIS
Observer
  • Nilai, etika dan pilihan moral harus berada di luar proses penelitian.
  • Peneliti berperan sebagai disinterest scientist
  • Tujuan penelitian: Eksplanasi, prediksi dan kontrol relitas sosial
Facilitator
  • Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari penelitian
  • Peneliti sebagai passionate participant,fasilitator yang menjembatani keragamana subjektivitas pelaku sosial
  • Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan yang diteliti
Activist
  • Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari peneltian.
  • Peneliti menempatkan diri sebagai transformative intelectual, advokat dan aktivis
  • Tujuan penelitian: Kritik sosial, transformasi, emansipasi dan social empowerment

4.      (paradigma positivis)Menurut Email Durhaim Paradigma fakta sosial adalah perubahan dari segi agraris ke industry, seperti contoh revolusi Inggris.
Masyarakat satu kenyataan yang mandiri dalam arti terlepas dari sikap individu yang ada didalamnya fakta sosial di luar individu.
Fakta sosial merupakan struktur sosial dan pranata sosial. Fakta sosial terdiri dari
-          kelompok, kesatuan masyarakat tertentu, sistem sosial, posisi sosial, peranan sosial, nilai, keluarga, pemerintahan dan lain sebagainya.
Seseorang yang hidup dalam suatu masyarakat akan terpengaruh oleh kennyataan yang ada dalam masyarakat tersebut, hal ini ada karena kenyataan yang ada dalam masyarakat langsung maupun tidak langsung dapat memaksa individu dalam bersikap dan bertindak. Sehingga konsekwensi logisnya individu tidak akan bergerak menuruti kemauannya sendiri.
Paradigma Difinisi Sosial (konstruktivis)
Konsep rasionalitas merupakan pada paradigm ini, tokoh dari paradigma ini adalah Max Weber.
Menurut paradigm ini yang dianggap sebagai kenyataan sosial adalah tindakan sosial .dari anggapan tersebut permasalahan pada paradigm difinisi sosial ialah tentang perilaku sosial antara hubungan sosial. Paradigma ini pandangannya bertolak belakang dari kenyataan sosial yang bersifat objektif tapi berangkat dari pemikiran individu sebagai subjek.Meskipun kenyataan sosial yang objek yang berupa peraturan, organisasi, nilai-nilai, pembagian kekuasaan dan kewenangan memberikan pengaruh terhadap individu sebagai subjek, tapi sebenarnya kebebasan menentukan tindakan berfokus terhadap individu yang bersangkutan.
Filosofinya : Manusia adalah makhluk kreatif yang dapat menciptakan keadaan sosial sendiri.
Contoh suatu orang atau individu yang bertempat tinggal pada suatu masyarakat, pemikiran-pemikirannya akan sangat menentukan dalam struktur-struktur yang ada dalam masyarakat tersebut meskipun peranan sosial mempengaruhinya. Tindakan sosial seseorang adalah perilaku individu baik bermakna bagi dirinya dan orang lain.
Paradigma Perilaku Sosial (paradigma Kritis)
Paradigma ini ingin menjelaskan dasar-dasar yang terdapat dalam psikologi aliran behaviorism eke dalam sosiologi. Paradigm initidak sependapat dengan paradigm fakta sosial dan paradigma difinisi sosial, sebab kedua paradigm tersebut mengandung ide-ide dan nilai-nilai yang oleh paradigm initidak dapat, karena ide-ide dan nilai-nilai tersebut tidak dapat di amati secara nyata dan kongkrit dalam menekah masyarakat. menurut oaradigma ini kebudayaan manusia terbentuk dari tingkah laku manusia yang berpola, kajian. Paradigma berpola dapat dilakukan tanpa ide-ide dan nilai-nilai yang tidak nyata atau kongkrit.
Menurut paradigma ini keberadaan sosial di suatu masyarakat prilakunya akan mengikuti peraturan atau ketentuan yang diberikan pemimpin masyarakat tersebut. Karena seorang pemimpin masyarakat seringkali mengajak atau menganjurkan agar setiap anggotanya menaati semua peratutan atau ketentuan yang berlaku.

5.      Teori Konstruktivisme didevinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan yang menciptakan sesuatu makna dari apa yang di pelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat  belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, jadi dengan teori ini kita dapat menemukan hal baru melalui pembelajaran mengenai hal yang telah ada.
contoh : Penggalian atau ekskafasi gunung padang yang berada di jawa barat.
Yaitu para ilmuan menemukan situs sejarah yang apabila situs tersebut dapat diungkapkan kenyataanya maka akan memiliki luas dan besar serta umur yang jauh lebih luas dan jauh di bandingkan dengan piramida yang ada di Mesir. dengan kata lain, apabila situs sejarah yang telah ada tersebut dapat di buktikan kebenarannya, maka akan menciptakan kebenaran yang baru juga tentang peradaban manusia dan bangunannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar