Translate

Rabu, 14 Oktober 2015

makalah BERSIKAP DAN BERPRILAKU FEODAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Feodalisme adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang dijalankan kalangan bangsawan/monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. Dalam pengertian yang asli, struktur ini disematkan oleh sejarawan pada sistem politik di Eropa pada Abad Pertengahan, yang menempatkan kalangan kesatria dan kelas bangsawan lainnya (vassal) sebagai penguasa kawasan atau hak tertentu (disebut fief atau, dalam bahasa Latin, feodum) yang ditunjuk oleh monarki (biasanya raja atau lord).Istilah feodalisme sendiri dipakai sejak abad ke-17 dan oleh pelakunya sendiri tidak pernah dipakai. Semenjak tahun 1960-an, para sejarawan memperluas penggunaan istilah ini dengan memasukkan pula aspek kehidupan sosial para pekerja lahan di lahan yang dikuasai oleh tuan tanah, sehingga muncul istilah "masyarakat feodal". Karena penggunaan istilah feodalisme semakin lama semakin berkonotasi negatif, oleh para pengkritiknya istilah ini sekarang dianggap tidak membantu memperjelas keadaan dan dianjurkan untuk tidak dipakai tanpa kualifikasi yang jelas.Dalam penggunaan bahasa sehari-hari di Indonesia, seringkali kata ini digunakan untuk merujuk pada perilaku-perilaku negatif yang mirip dengan perilaku para penguasa yang lalim, seperti 'kolot', 'selalu ingin dihormati', atau 'bertahan pada nilai-nilai lama yang sudah banyak ditinggalkan'. Arti ini sudah banyak melenceng dari pengertian politiknya.
Istilah feodalisme mengacu pada kalangan aristokrat atau keluarga raja di Inggris abad keemasan saat negara ini menjadi imperialis dan adi daya dunia. Istilah ini dalam level yg lebih lokal mengarah pada kalangan ningrat atau priyayi di Indonesia; khususnya kalangan suku Jawa yg oleh Cliffort Geertz (dalam bukunya Priyayi, Santri dan Abangan) dibagi ke dalam tiga kasta seperti yg tertulis dalam judul bukunya. Orang yg berasal dari kalangan aristokrat atau ningrat ini disebut kalangan feodal dg ciri khas sifat dan sikapnya yg feodalistik. Apa itu feodalisme, feodal, feodalistik?  Bagaimana sejarahnya? Serta bagaimana keberadaan faham feodalisme yang ada di indonesia?
Makalah ini akan memaparkan Pengertian dan sejarah dari feodalisme, keberadaan faham feodalisme di Indonesia serta feodalisme di kekiniannya. Untuk itu makalah ini akan menjawab secara terperinci terkait pertanyaan-pertanyaan yang muncul diatas.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Pengertian dari Feodalisme ?
b.      Bagaimana Sejarah Feodalisme ?
c.       Apa saja Contoh Feodalisme ?
d.      Feodalisme kekinian di Indonesia ?

1.3  Tujuan Penulisan
a.       Mahasiswa mampu memahami arti dari Feodalisme
b.      Mahasiswa mampu memahami sejarah Feodalisme
c.       Mahasiswa mengetahui contoh dari Feodalisme
d.      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami feodalisme kekiniaan









BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Sejarah Feodalisme
Feodalisme berasal dari kata feodum yang artinya tanah.Dalam tahapan masyarakat feodal ini terjadi penguasaan alat produksi oleh kaum pemilik tanah, raja dan para kerabatnya. Ada antagonisme antara rakyat tak bertanah dengan para pemilik tanah dan kalangan kerajaan. Kerajaan, merupakan alat kalangan feodal untuk mempertahankan kekuasaan atas rakyat, tanah, kebenaran moral, etika agama, serta seluruh tata nilainya. Istilah feodalisme sendiri dipakai sejak abad ke-17 dan oleh pelakunya sendiri tidak pernah dipakai. Semenjak tahun 1960-an, para sejarawan memperluas penggunaan istilah ini dengan memasukkan pula aspek kehidupan sosial para pekerja lahan di lahan yang dikuasai oleh tuan tanah, sehingga muncul istilah "masyarakat feodal". Karena penggunaan istilah feodalisme semakin lama semakin berkonotasi negatif, oleh para pengkritiknya istilah ini sekarang dianggap tidak membantu memperjelas keadaan dan dianjurkan untuk tidak dipakai tanpa kualifikasi yang jelas.  Pada perkembangan masyarakat feodal di Eropa, dimana tanah dikuasai oleh baron-baron (tuan2 tanah) dan tersentral.
 Para feodal atau Baron (pemilik tanah dan kalangan kerabat kerajaan) yang memiliki tanah yang luas mempekerjakan orang yang tidak bertanah dengan jalan diberi hak mengambil dari hasil pengolahan tanah yang merupakan sisa upeti yang harus dibayar kepada para baron. Tanah dan hasilnya dikelola dengan alat-alat pertanian yang kadang disewakan oleh para baron (seperti bajak dan kincir angin). Pengelolaan tersebut diarahkan untuk kepentingan menghasilkan produk pertanian yang akan dijual ke tempat-tempat lain oleh pedagang-pedagang yang dipekerjakan oleh para baron. Di atas tanah kekuasaannya, para baron adalah satu-satunya orang yang berhak mengadakan pengadilan, memutuskan perkawinan, memiliki senjata dan tentara, dan hak-hak lainnya yang sekarang merupakan fungsi negara. Para baron sebenarnya otonom terhadap raja, dan seringkali mereka berkonspirasi menggulingkan raja.

2.2 Feodalisme di Indonesia

Kondisi pada masa feodalisme di Indonesia bisa diambil contoh pada masa kerajaan-kerajaan kuno macam Mataram kuno, kediri, singasari, majapahit. Dimana tanah adalah milik Dewa/Tuhan, dan Raja dimaknai sebagai titisan dari dewa yang berhak atas penguasaan dan pemilikan tanah tersebut dan mempunyai wewenang untuk membagi-bagikan berupa petak-petak kepada sikep-sikep, dan digilir pada kerik-kerik (calon sikep-sikep), bujang-bujang dan numpang-numpang (istilahnya beragam di beberapa tempat) dan ada juga tanah perdikan yang diberikan sebagai hadiah kepada orang yang berjasa bagi kerajaan dan dibebaskan dari segala bentuk pajak maupun upeti.
 Sedangkan bagi rakyat biasa yang tidak mendapatkan hak seperti orng-orang diatas mereka harus bekerja dan diwajibkan menyetorkan sebagian hasil yang didapat sebagai upeti dan disetor kepada sikep-sikep dll untuk kemudian disetorkan kepada raja, Selain upeti, rakyat juga dikenakan penghisapan tambahan berupa kerja bagi negara-kerajaan dan bagi administratornya.
Pada tahap masyarakat feodal di Indonesia, sebenarnya sudah muncul perlawanan dari kalangan rakyat tak bertanah dan petani. Kita bisa melihat adanya pemberontakan di masa pemerintahan Amangkurat I, pemberontakan Karaeng Galengsong, pemberontakan Untung Suropati, dan lain-lain.
 Hanya saja, pemberontakan mereka terkalahkan. Tapi kemunculan gerakan-gerakan perlawanan pada setiap jaman harus dipandang sebagai lompatan kualitatif dari tenaga-tenaga produktif yang terus berkembang maju (progresif) berhadapan dengan hubungan-hubungan sosial yang dimapankan (konservatif). Walaupun kepemimpinan masih banyak dipegang oleh bangsawan yang merasa terancam karena perebutan aset yang dilakukan oleh rajanya.
 Masa kerajaan yang telah berabad-abad berkuasa di indonesia telah hilang di telan jaman, kini kerajaan-kerajaan tersebut sudah menjadi sejarah bangsa ini. , akan tetapi dengan hilangnya sistem kerajaan bukan berarti sikap feodal masa kerajaan-kerajaan Indonesia ikut hilang bersamaan dengan hilangnya sistem tersebut. Feodalisme muncul dengan bentuk-bentuk yang baru makin berkembang dalam diri dan masyarakat manusia Indonesia. Sikap-sikap feodalisme ini dapat kita liahat dalam tatacara upacara resmi kenegaraan dalam hubungan-hubungan organisasi kepegawaian dan lain-lain.[1]
Jiwa feodal ini tumbuh dan berkembang dengan cemerlangnya di kalangan atas maupun dikalangan bawah. Dikalangan atas sikap feodal ini mengandung unsur keharusan, wajib kepada manusia-manusia yang berada dibawahnya baik dilihat dari sisi pangkat, kekuasaan, kedudukan yang erat kaitannya dengan kepangkatan atau kekayaan mengabdi kepadanya dengan segala cara, tunduk patuh, hormat,takut, tepa salira, merendah diri tahu diri, tahu tempatnya menerima dan melakukan segala hal yang menyenangkan bagi sibapak, dan sering disingkat dengan ABS ( Asal Bapak Senang). Sikap seperti ini sudah mendarah daging di masyarakata Indonesia. Sikap feodal ini bukan hanya ditunjukan kepada orang-orang yang mempunyai kekuasaan dan sejenisnya tetapi sikap feodal ini di perkuat oleh orang-orang yang tertindas oleh feodalisme. Orang-orang kalangan bawah tidak kalah semangat atau jiwa feodalnya untuk mengabdi pada si bapak. Mereka menerima dengan sepenuh hati sikap feodal ini, mereka merasa memantaskan diri untuk mengabdi dan hormat kepada orang yang berada setingkat lebih tinggi darinya.
Contoh sikap feodal di masa modern ini yaitu ketika kita mau bertemu pejabat maka kita harus ijin ke satpam terus menunggu lama dan harus ijin dengan sekertarisnya. Setelah itu kita tidak langsung bisa bertemu dengan orang yang kita tuju, tetapi kita harus menunggu lagi berjam-jam baru bisa bertemu itu pun hanya beberapa menit doing dengan alas an sibuk.
Kemudian contoh lain dari sikap feodal masa kini yaitu ketika kita melihat perusahaan besar pasti ada yang namanya feodalisme, pimpinan perusahaan akan selalu benar dan bawahan harus selalu salah. Kesalahan yang dibuatnya akan  dilimpahkan kepada bawahnnya, dan bawahanya tidak akan berani menentang atasan. Kondisi pada masa feodalisme di Indonesia bisa diambil  contoh pada masa kerajaan-kerajaan kuno macam mataram kuno, Kediri, Singasari, Majapahit. Dimana tanah adalah milik dewa atau tuhan, dan raja dimaknai sebagai titisan dari dewa yang berhak atas penguasaaan dan pemilikan tanah tersebut dan mempunyai wewenang untuk membagikan berupa petak-petak kepada sikep-sikep dan digilir kepada kerik-kerik, bujang-bujang dan numpang-numpang dan ada juga tanah perdikan yang diberikan sebagai hadiah kepada orang yang berjasa bagi kerajaan dan dibebaskan dari segala bentuk pajak maupun upeti. Sedangkan bagi rakyat biasa yang tidak mendapatkan hak seperti orang-orang diatas mereka harus bekerja dan diwajibkann menyetorkan sebagian hasil yang didapat sebagai upeti di setor kepada sikep-sikep dll untuk kemudian disetorkan kepada raja, selain upeti rakyat juga dikenankan penghisapan tambahan berupa kerja bagi Negara kerajaan dan bagi administrator
Pada tahap masyarakat feodal di Indonesia, sebenanrnya sudah muncul perlawanan dari kalangan rakyat tak bertanah dan petani. Kita bisa melihat adanya pemberontakan di masa pemerintahan amangkurat I, pemberontakan Kareng Galengsong, pemberontakan Untung Suropati, dan lain-lain. Hanya saja,pemberontakan mereka terkalahkan. Tapi kemunculan gerakan-gerakan perlawanan pada setiap zaman harus dipandang sebagai lompatan kualitatif dari tenaga-tenaga produktif yang terus berkembang maju (progresif) berhadapan dengan hubungan-hubungan social yang dimapankan (konservatif). Walaupun kepemimpinan masih banyak dipegang oleh bangsawan yang merasa terancam karena perebutan aset yang dilakukan oleh rajanya. Embrio kapitalisme mulai bersentuhan dengan masyarakat di nusantara diawal abad ke 15, melalui merkantilisme eropa.

2.3 Pandangan Penulis Terhadap Sikap Feodalisme

            Menurut penulis sikap feodalis yang dipaparkan dalam bukunya Mochtar Lubis Manusia Indonesia memang benar adanya. Sikap ini berkembang dengan cemerlangnya di masyarakat Indonesia. Manusia-manusia Indonesia yang katanya telah hidup dijaman gelobalisasi, modernisasi dan teknologi masih terbelenggu oleh sikap feodalisme. Sikap ini sudah mendarah daging di manusia Indonesia yang kaya, berkedudukan dan berpangkat memantaskan diri untuk dihormati oleh orang-orang dibawahnya dan sebaliknya orang-orang yang dibawahnya juga memlihara sikap feodalisme tersebut dengan memantaskan diri untuk selalu hormat dan tunduk kepada oaring-orang yang memang berada diatasnya dalam hal kedudukan kekayaan dan sejenisnya.
            Adanya sikap feodalisme di indonesia di era modern ini dibuktikan dengan contoh berikut : orang-orang yang jabatannya lebih tinggi dihormati berlebihan oleh orang-orang yang kedudukannya lebih rendah. Seperti bersikap kepada presiden, mentri, jendral rector dan sebagainya orang-orang dibawah kedudukan mereka harus tunduk, takut dan hormat secara berlebihan kepada mereka. Masih h banyak sikap-sikap feodal yang ditunjukan oleh manusia Indonesia di berbagai kehidupan masyarakatnya.
             












BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Feodalisme berasal dari kata feodum yang artinya tanah.Dalam tahapan masyarakat feodal ini terjadi penguasaan alat produksi oleh kaum pemilik tanah, raja dan para kerabatnya. Istilah feodalisme sendiri dipakai sejak abad ke-17 dan oleh pelakunya sendiri tidak pernah dipakai. Semenjak tahun 1960-an, para sejarawan memperluas penggunaan istilah ini dengan memasukkan pula aspek kehidupan sosial para pekerja lahan di lahan yang dikuasai oleh tuan tanah, sehingga muncul istilah "masyarakat feodal". Karena penggunaan istilah feodalisme semakin lama semakin berkonotasi negatif, oleh para pengkritiknya istilah ini sekarang dianggap tidak membantu memperjelas keadaan dan dianjurkan untuk tidak dipakai tanpa kualifikasi yang jelas.
            Feodalisme semakin berkembang dieropa dan begitupun di Indonesia , dari jaman kejaman, dari kerajaan Hindu Budha, kerajaan islam dan masa kolonialisme feodalisme mengakar diindonesia. Dan bahkan diera modern ini sikap feodalisme berkembang dengan cemerlangnya di masyarakat Indonesia. Manusia-manusia Indonesia yang katanya telah hidup dijaman gelobalisasi, modernisasi dan teknologi masih terbelenggu oleh sikap feodalisme.









DAFTAR PUSTAKA

Lubis ,Mochtar.2012. Manusia Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
https://afatih.wordpress.com/2006/01/14/feodalisme-dulu-dan-sekarang/
.





[1] Mochtar Lubis. Manusia Indonesia. ( Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia,  2012 ) hlm. 23.

Senin, 05 Oktober 2015

KERAJAAN MAGADHA DAN DINASTI KHUSANA

KERAJAAN MAGADHA DAN DINASTI KHUSANA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN DUNIA BARAT
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah: Sejarah Asia Selatan
Dosen Pembimbing : Hari Naredi, M.Pd.,


Disusun Oleh :
Kelompok I
Angga Retno Malia Sari                     (1301085002)
Dhanu Wibowo                                   (1301085007)
Mirza Widiarto                                    (1301085014)
Muhammad Helmi Amrullah              (1301085016)
Yunda Anugrah Putri                         (1301085022)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2015
KATA PENGANTAR


            Assalamualikum Waruhmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur dipanjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan  kekuatan dan segala pengertian sehingga penulis dapat menyelesaikan  Makalah dengan judul KERAJAAN MAGADHA DAN DINASTI KHUSANA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN DUNIA BARAT”. yang akan diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Selatan  dengan dosen pembimbing mata kuliah Hari Naredi,M.Pd
Dalam penulisan Makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, cinta kasih dan kerja sama serta doa dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang yang ada di sekitar penulis yang telah membantu dalam kerjasamanya .
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah ini.Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai pedoman di masa mendatang.Maka penulis dengan penuh rasa syukur mempersembahkan Makalah ini semoga bermanfaat untuk kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta,20 September 2015

Penyusun,  





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR :............................................................................................ i
DAFTAR ISI :........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN :
1.      Latar belakang :............................................................................................. 1
2.      Rumusan masalah :........................................................................................ 2
3.      Tujuan :.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN :
1.      Kerajaan Maghada dan Hunbungannya dengan Dunia Barat....................... 3
2.      Penyerbuan oleh Iskandar Zulkarnain........................................................... 5
3.      Dinasti Maurya.............................................................................................. 5
4.      Dinasti Sungha.......................................................................................... .... 12
5.      Dinasti Kanwa........................................................................................... .... 13
6.      Dinasti Khusana dan Hubunganya dengan Dunia Barat.......................... .... 13
7.      Perkembangan Kerajaan Kushan............................................................... .... 15
8.      Raja yang Memerintah.............................................................................. .... 19
BAB III PENUTUP :
1.      Kesimpulan................................................................................................ .... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... .... 21








BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Kisah sejarah di kawasan Asia Seatan memang sangat menarik apabila di simak, peradaban yang muncul di kawasan tersebut menunjukan bahwa sejarah besar pernah hidup di zaman ini dengan tin gkat kejuan hidup yang sudah tidak primitif lagi, munculnya kerajaan-kerjaan di wilayah sungai Indus dan Gangga inilah yang menyebabkan peradaban lahir dan sangat maju pada masanya.
Sistem pemerintahan yang telah mengenal sistem kerjaan, merupakan kejuan dalam bidang perintahan, selain itu ilmu pengetahuan juga sudah berkembnag dengan baik dibuktikan dengan adanya tata letak kota yang sangat baik. Tidak hanya itu peradaban di masa ini juga dikenal dengan perdaban yang melahirkan agama Hindu di wilayah Asia Selatan yang hingga kini menjadi agama masih banyak pemeluknya.
Keunikan sejarah di kawasan Asia selatan ini juga banyak diangkat menjadi Kisah-kisah kolosal bagi sejarah kuno bangsa India, seperti yang sedang buming saat ini di media Televisi tanah air yang banyak menayangkan kisah-kisah kerajaan kuno india yang juga diadopsi oleh kebudayaan Indonesia menjadi kisah – kisah dalam cerita pewayangan jawa, kisah seperti Ashoka, Mahabarata dan yang lainnya diangkat menjadi film kolosal tujuannya adalah membuktikan bahwa peradaban india kuno telah mencapai kejayaan pada masanya.
Untuk memahami perkembnagan peradaban india kuno ini maka kami akan membahas mengenai kerajaan Maghada dan Dinasti Khusana yang merupakan kerajaan kuno india yang sangat besar pada masanya.



2.      Rumusan Masalah
1)      Bagaimana awal mulanya kemunculan kerajaan Maghada dan dinasti Khusan di India?
2)      Apasaja peradaban yang lahir saat berdirinya kerajaan Maghada dan dinasti Khusana di india?
3)      Apakah kerajaaan tersebut telah memiliki hubungan dengan dunia Barat?
4)      Bagaimana keruntuhan dari dua kerajaan tersebut?




3.      Tujuan
1)      Mengetahui latar belakang kemunculan kerajaan besar India kuno
2)      Mengetahui kemajuan-kemajuan yang lahir saat pemerintahan dua kerajaan besa rtersebut
3)      Mengetahui hubungan politik yang telah dijalankan oleh dua kerajaan ini dalam hungungannya dengan dunia barat
4)      Mengetahui penyebab runtuhnya kerajaan tertua di India










BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Kerajaan Maghada dan Hunbungannya dengan Dunia Barat
Pada sekitar abad VII SM, di India bagian utara telah berdiri beberapa kerajaan seperti kerajaan Ghandara, Kosala, Kasi dan Maghada. Namun diantara kerajaan tersebut yang paling maju serta memiliki pengeeuh yang besar di wilayan India adalah kerajaan Maghada yang memiliki kekutan paling besar.
Awal berdirinya kerajaan Maghada yaitu kerajaan ini didirikan oleh Sisunaga pada sekitar tahun 642 SM. Ibukotanya terletak di Giripraja atau Rajgir yang sekarang diken al dengan Rajagriha. Dalam sejarahnya kerajaan ini bermula dari Dinasti Sisunaga yang memerintah kurang lebih selama 642-414 SM. Yang kemudian dilanjtkan oleh pemerintahan dinasti Nanda pada sekitar tahun 413-322 SM. Lalu selnjutnya pemerintahan dilanjutkan lagi oleh dinasti Maurya yangmemerintah dari tahun 322-185 SM. Setelah dinasti Maurya runtuh maka pemerintahan digantikan oleh Dinasti Sungha yang memerintah dari tahun 185-75 SM. Dan dilanjutkan lagi oleh dinasti Kanwa yang memerintah dari 75-28 SM.
1)        Dinasti Sisunaga 642-413 SM.
Dinasti ini memerintah kerajaan Maghada dengan 5 orang Rajanya. Diantara kelimanaya raja yang paling terkenal adalah Raja Bimbisara (540-490 SM) dia melakukan perluasan wilayah hingga ke kerajaan Kosala dan Vaisali. Selain itu pada saat yang bersamaan , Darius Hustapes raja dari Imperium Persia (522-486) juga sedang melakukan ekspansi ke wilayah India. Darius berhasil menaklukan kerajaan Gandara dan kerajaan yang letaknya berada di sekitar Pashawar serta Rawilpindi. Dalam ekspansinya unuk menaklukan wilayah sungan Indus Darius memerintahkan para sukarelawan Yunani yaitu bernama Scylax yang menjadi mata-mata di kawasan sungai Indus. Ekspansi darius itu berhasil menduduki wilayah sind dan Punjab bagian barat Darius berhasil menegakan Imperium Persia di wilayah India barat laut pada abad VI SM.
        Menurut laporan dari Herodotus , sejarawan Yunani abad V SM yang menulis perang antara Yunani dengan Persia yang terjadi pada 492-490 SM. Wilayah india berada dibawah kekuasaan Darius merupakan provinsi terkaya dan paling padat penduduknya. Mereka harus membayar upeti sekitar 360 talen Emas kepada pemerintahan Darius. Ketika perang antara Yunani dan Persia Meletus , wilayah India menyumbang kontingen tentara dalam angkatan bersenjata Persia meliputi kesatuan Infatri, Kavaleri, kereta perang dan pasukan gajah.
        Raja Bimbisara kemudian digantikan oleh putranya, Ajatasaru, yang dikenal sebagai raja pelindung agama jain (Jainisme). Dalam masa pemerintahnnya , agarna Budha dan Jain saling bersaing memperebutkan pengaruh di Istana Maghada. Rupanya agama Jain lebih menarik hati raja Ajatasaru. Suatu peristiwa penting yang terjadi pada masa raja Ajatasaru ini adalah dipindahkannya ibukota kerajaan Maghada ke Giripraja ke Pataliputra di tepi sungai Gangga yang sekaranng menjadi kota Patna.
        Pada tahun 413 SM, dinasti yang didirikan oleh Sisunaga digulingkan oleh perdana mentrinya yaitu Mahapadma Nanda, yang kemudian mendirikan Dinasti Nanda.
2)      Dinasti Nanda, Mamerintah 413-322 SM
Dinasti Nanda memerintah kerajaan Maghada sekitar satu abad lamanya. Menurut salah satu sumber, ada 9 orang raja yang memerinyah aqtas nama dinasti Nanda. Namun dinasti ini kurang disenang oleh rakyat karena dalam memerintah Maghada memberlakukan peraturan yang memberatkan rakyat, misalnya kewajiban membayar pajak yang sangat tinggi.pada 322 SM, Dinasti Nanda digulingkan kekuasaanya oleh Candragupta yang dikenal dengan pendiri dinasti Maurya.
Salah satu kejadian menarik menjelang berakhirnya dinasti Nanda ini ialah penyerbuan yang dilakukan oleh iskandar Zulkarnain (Alexander the Great) ke india sekitar 326 SM.
3)      Penyerbuan oleh Iskandar Zulkarnain.
Iskandar Zulkarnain putra raja Mecedonia yang memerintah kerajaan itu selama periode 354-323 SM. Dipandu oleh gurunya yaitu Aristoteles  (384-322 SM) seorang filuduf yang menggetarkan dunia.
Penaklukan itu dimulai pada 334 SM ke wilayah Asia Kecil yang sekarang menjadi wilayah Turky dengan membawa serdadu sebanyak 35.000 orang, Iskandar kemudian menaklukan wilayah-wilayahnya dengan cepat.
4)      Dinasti Maurya
Menurut salah satu sumber, Chandragupta telah bertemu dengan zulkarnain dan bayak belajr tentang keberhasilan penakluknya. Chandragupta kemudian terbakar oleh ambisi yang sama. Dibantu oleh penasihatnya Brahmin bernama Canakya , Chandragupta melakukan penaklukan-penaklukan.
Dalam jangka waktu dua tahun setelah kematian Iskandar Zulkarnain, Chandragupta berhasil menggalang kekuatan untuk menggulingkan dinasti Nanda, dan menguasai kota Pataliputra. Usaha pertama yang dilakukan oleh Chandragupta ialah melakukan konsolidasi wilayah kekuasaannya. Sebab keadaan itu cukup genting,karena salah seorang jendral Iskandar yaitu Seleucus, yang berkuasa di Asia Kecil, ingin menaklukan India kembali. Beruntung Seleucus menyerahkan sebagian dari Afghanistan (dari Kabul sampai Heart) kepadanya. Bahkan Chandragupta menikahi putrinya Celucus, hingga hubungan antara Yunani-India menjadi baik.
Hubungan baik itu terus terjalain , kemudian Seleucus mengirim duta besarnya yang ditempatkan di kota Pataliputra yaitu Magastenes ynag meninggalkan catatan-catatan penting tentang perkembangan kerajaan Magadha khususnya pada masa pemerintahan Chandragupta, antaralain pada saat Chandragupta menjadi raja Ia hidup dalam kemewahan namun tidak pernah tenang. Raja memiliki kesatuan polisi rahasia dan mata-mata yang disebar untuk menjaga keamanan. Sistem pemerintahan kerajaan Magadha dibagi menjadi 3 provinsi, yang masing-masing diperintah oleh raja muda dan berpusat di Taksasila,Ujjain,dan Vaisali. Dalam memerintah kerajaaan raja dibantu oleh para mentri yang membawahi departemen-departemen.
Adapula laporan lain mengenai perkembangan kerajaan Maghada yang sejaman dengan Magasthenes adalah buku Athashastra, (Ilmu Pemerintahan) yang dikarang oleh Canakya sebagai penasihat Chandragupta. Buku tersebut berisi berbagai Aspek tentang teori dan Praktek pemerintahan . misalnya mendiskusikan tentang tugas raja , para menteri dan penasihat raja departemen-departemen pemerintah diplomasi, perang dan damai. Juga memberikan Rincian tentang angkatan bersenjata yang dimiliki oleh Chabdragupta, meliputi Infantri (pasukan pejalan kaki, kavaleri (pasukan berkuda) Chariot (pasukan kereta perang) dan pasukan gajah.
Masalah yang diceritakan dalam buku tersebut adalah tentang perdagangan, hukum dan peraturan Istana, pemerintahan kotapraja, adat istiadat, masyarakat, perkawinan, pertambangan dan hak-hak wanita, pajak, penghasilan, pertanian, pabrik, seniman, pasar, tanaman pangan, pengairan, perkapalan, navigasi, dan paspor.
Chandragupta diganti oleh Putranya, Bindhusara yang memerintah Maghada dari tahun 298-272 SM. Selama pemerintahannya, Bindhusara di juluki sebagai Amitragatra (Sang Penakluk), karena berhasil menaklukan wilayah pegunungan Windhya, mungkin daerah Raichun yang di kenal sebagai tambang emas.
Raja paling terkemuka dalam dinasti Maurya ialah Asoka. Pada 273 SM diberitakan bahwa Asoka telah menerima mahkota kerajaan Maghada dari ayahnya Bindhusara.
Nama "Asoka" berarti 'tanpa duka' dalam bahasa Sanskerta (a – tanpa, soka – duka). Asoka adalah pemimpin pertama Bharata (India) Kuno, setelah para pemimpin Mahabharata yang termasyhur, yang menyatukan wilayah yang sangat luas ini di bawah kekaisarannya, yang bahkan melampaui batas-batas wilayah kedaulatan negara India dewasa ini.
Ibu Asoka bernama Dharma Asoka memiliki beberapa kakak dan hanya satu adik, Witthasoka. Karena kepandaian yang meneladani dan kemampuannya berperang, ia dikatakan merupakan cucu kesayangan kakeknya, maharaja Candragupta Maurya. Maka seperti diceritakan dalam bentuk legenda, ketika Candragupta Maurya meninggalkan kerajaannya untuk hidup sebagai seorang Jain, ia membuang pedangnya. Asoka menemukan pedangnya dan menyimpannya.
Maka sementara ia berkembang menjadi seorang prajurit ulung yang sempurna dan seorang negarawan lihai, Asoka memimpin beberapa regimen tentara Maurya. Popularitasnya yang naik di seluruh wilayah kekaisaran membuat kakak-kakaknya menjadi cemburu karena mereka cemas ia bisa dipilih Bindusara menjadi maharaja selanjutnya. Kakaknya yang tertua, pangeran Susima, putra mahkota pertama, membujuk Bindusara untuk mengirim Asoka mengatasi sebuah pemberontakan di kota Taxila, di provinsi barat laut Sindhu, di mana pangeran Susima adalah gubernurnya. Taxila adalah sebuah daerah yang bergejolak karena penduduknya adalah sukubangsa Yunani-India yang suka berperang dan juga karena pemerintahan kakaknya, pangeran Susima kacau. Oleh karena itu dalam daerah ini banyak terbentuk milisi-milisi yang mengacau keamanan. Asoka setuju dan bertolak ke daerah yang sedang dilanda huru-hara. Maka ketika berita bahwa Asoka akan datang menjenguk mereka dengan pasukannya, ia disambut dengan hormat oleh para milisi yang memberontak dan pemberontakan bisa diakhiri tanpa pertumpahan darah. (Provinsi ini di kemudian hari memberontak labUgi ketika Asoka memerintah, namun kemudian ditumpas dengan tangan besi).
Keberhasilan Asoka membuat kakak-kakaknya semakin cemas akan maksudnya menjadi maharaja penerus, maka hasutan-hasutan Susima kepada Bindusara membuatnya membuang Asoka. Asoka kemudian pergi ke Kalinga dan menyembunyikan jatidirinya. Di sana ia bertemu dengan seorang nelayan wanita bernama Karubaki, dan ia jatuh cinta. Prasasti-prasasti yang baru ditemukan menunjukkan bahwa ia kelak menjadi permaisuri selirnya yang kedua atau ketiga.
Sementara itu, ada sebuah pemberontakan lagi, kali ini di Ujjayani (Ujjain). Maharaja Bindusara mengundang Asoka kembali setelah dibuang selama dua tahun. Asoka pergi ke Ujjayani dan pada pertempuran di sana terluka, tetapi para hulubalangnya berhasil menumpas pemberontakan. Asoka kemudian diobati secara diam-diam sehingga para pengikut setia pangeran Susima tidak bisa melukainya. Ia diurusi oleh para bhiksu dan bhiksuni beragama Buddha. Di sinilah ia pertama kalinya berkenalan dengan ajaran Buddha, dan di sini pula ia berjumpa dengan Dewi, yang merupakan perawat pribadinya dan putri seorang saudagar bernama Widisha. Maka setelah pulih, ia menikahinya. Hal ini tidak bisa diterima oleh Bindusara bahwa salah seorang putranya menikah dengan seorang penganut Buddha, maka dia tidak memperbolehkannya tinggal di Pataliputra, tetapi mengirimnya kembali ke Ujjayani dan membuat menjadi seorang gubernur.
Tahun selanjutnya berjalan cukup tenang untuknya dan Dewi akan melahirkan putranya yang pertama. Sementara itu maharaja Bindusara mangkat. Sementara berita putra mahkota yang belum lahir menyebar, Pangeran Susima berniat untuk membunuhnya; namun si pembunuh justru membunuh ibunya. Menurut legenda, dalam keadaan murka, pangeran Asoka menyerang Pataliputra (sekarang Patna), dan memenggal kepala kakak-kakaknya semua termasuk Susima, dan membuangnya di sebuah sumur di Pataliputra. Pada saat tersebut banyak orang yang menyebutnya Canda Asoka yang artinya adalah Asoka si pembunuh dan tak kenal kasih.
Sementara Asoka naik takhta, ia memperluas wilayah kekaisarannya dalam kurun waktu delapan tahun kemudian dari perbatasan daerah yang sekarang disebut Bangladesh dan Assam di India di timur sampai daerah-daerah di Iran dan Afganistan di barat; dari Palmir Knots sampai hampir di ujung jazirah India di sebelah selatan India.
Perubahan watak atau kepribadian Raja Asoka dari seorang yang dictator kejam menjadi seorang raja yang lemah lembut, mungkin terjadi ketika Asoka menaklukan kerajaan Kalingga (262 SM), di mana dalam satu hari terbunuh 250.000 jiwa. Sejarawan Inggris menyebutnya dengan Dia punya tangan besi, tetapi sarung tangan dari beludru.
Asoka menjelajah kota dan yang bisa dilihat hanyalah rumah-rumah yang terbakar dan mayat-mayat yang bergelimpangan di mana-mana. Hal ini membuatnya muak dan ia berteriak dengan kata-kata yang menjadi termasyhur: "Apakah yang telah kuperbuat?" Kekejian penaklukan ini akhirnya membuatnya memeluk agama Buddha dan ia memakai jabatannya untuk mempromosikan falsafah yang masih relatif baru ini sampai dikenal di mana-mana, sejauh Roma dan Mesir. Sejak saat itu Asoka, yang sebelumnya dikenal sebagai “Asoka yang kejam” (Canda Asoka) mulai dikenal sebagai sang “Asoka yang Saleh” (Dharmâsoka).
Ia lalu mempromosikan aliran Buddha Wibhajyawada dan menyebarkannnya di dalam wilayahnya dan di seluruh dunia yang dikenal mulai dari 250 SM. Maharaja Asoka bisa dikatakan adalah yang pertama dengan serius mengusahakan pembentukan satuan politik Buddha.
Dalam usahanya ini, ia dibantu oleh putranya Mahinda yang mulia dan putrinya Sanghamitta (yang berarti “mitra Sangha”) dan yang membawa agama Buddha ke Sri Lanka. Asoka membangun ribuan stupa dan vihara bagi penganut Buddha. Stupa-stupa di Sanchi sangat termasyhur dan stupa bernama Sanchi Stupa I didirikan oleh Maharaja Asoka. Selama sisa masa pemerintahannya, ia menganut kebijakan resmi anti-kekerasan ahingsa. Bahkan penyembelihan dan penyiksaan sia-sia terhadap hewan pun dilarang. Margasatwa dilindungi dengan undang-undang sang maharaja yang melarang pemburuan untuk olahraga dan pengisian waktu luang. Pemburuan secara terbatas diperbolehkan untuk maksud konsumsi namun Asoka juga mempromosikan konsep vegetarianisme. Asoka juga menaruh belas kasihan kepada para narapidana di penjara. Mereka diperbolehkan mengambil cuti, sehari dalam waktu setahun. Ia berusaja meningkatkan ambisi profesional rakyat jelata dengan membangun pusat-pusat studi yang mungkin bisa disebut universitas. Ia juga mengupayakan system irigasi bagi pertanian. Rakyatnya diperlakukan secara sama, apapun derajat, agama, haluan politik, ras, sukubangsa dan kasta mereka. Kerajaan-kerajaan di sekeliling wilayahnya yang sebenarnya mudah ditaklukkan ia buat sebagai sekutu yang terhormat.
Asoka juga dipercayai membangun rumah-sakit untuk hewan dan merenovasi jalan-jalan utama yang menghubungkan daerah-daerah di India. Setelah perubahan dirinya, Asoka dikenal sebagai Dhammashoka (bahasa Pali), artinya Asoka, penganut Dhamma, atau Asoka yang Soleh. Bentuknya dalam bahasa Sanskerta adalah Dharmâsoka. Asoka kemudian mendefiniskan prinsip-prinsip dasar dharma (dhamma) sebagai tindakan anti-kekerasan, toleransi terhadap semua sekte atau aliran agama, dan segala pendapat, mematuhii orang tua, menghormati para Brahmana, guru-guru agama dan pandita, baik hati terhadap kawan, perlakuan manusiawi terahadap para pembantu, dan murah hati terhadap semua orang. Prinsip-prinsip ini menyinggung haluan umum etika berkelakuan terhadap sesama di mana tidak ada kelompok agama atau sosial yang bisa menentang.
            Maharaja Asoka memerintah selama 41 tahun, dan setelah mangkatnya, dinasti Maurya masih bertahan selama lebih dari 50 tahun. Asoka memiliki banyak selir dan anak, namun nama-nama mereka tidaklah diketahui. Mahinda dan Sanghamitta adalah anak kembar yang dilahirkan istri pertamanya, Dewi di kota Ujjayini. Ia mempercayai mereka untuk menyebarkan agama Buddha di dunia yang dikenal dan tak dikenal. Mahinda dan Sanghamitta pergi ke Sri Lanka dan memasukkan Raja, Ratu dan rakyatnya agama Buddha. Mereka lalu berkeliling dunia sampai ke Mesir dunia Helenistik (Yunani). Sehingga mereka tidak bisa melaksanakan kewajiban pemerintahan. Beberapa arsip langka membicarakan penerus Asoka bernama Kunal, yang merupakan putra Asoka dari istri terakhirnya.
Masa kepemimpinan maharaja Asoka bisa saja mudah menghilang dalam sejarah, dengan berselangnya abad, jika ia tidak meninggalkan arsip sejarah apa-apa. Kesaksian maharaja ini ditemukan dalam bentuk pilar-pilar dan batu-batu karang besar yang dipahati secara megah menjadi prasasti. Isinya adalah ajaran-ajaran dan tindakan-tindakan yang ingin ia sebar luaskan. Selain itu Asoka juga mewariskan kita bahasa tertulis pertama di India setelah kota kuna Harrapa. Namun berbeda dengan di Harrapa, teks-teks Asoka bisa kita pahami. Bahasa yang dipakai Asoka dalam menuliskan teks-teks prasastinya adalah sebuah bentuk bahasa rakyat atau bahasa Prakerta / Prakrit dan bukan bahasa Sanskerta.
5)      Dinasti Sungha
Dinasti Sungha didirikan oleh Pushamitra. Dia seorang Hindu, penganut Brahmana, yang tidak menyukai agama Budha. Maka dalam pemerintahannya, adat kebiasaan agama Hindu di hidupkan lagi. Yang terpenting adalah upacara Asvamedha (Horse Sacrifice atau pengorbanan) ketentuan upacara Asvamedha adalah
Seekor kuda yang paling bagus, setelah dihiasi dalam suatu upacara, dilepaskan dan dihalau kemana-mana. Setiap negeri atau daerah, di mana kuda itu melewati, harus tunduk atau jika tidak mau, di perangi. Setelah jangka satu tahun, kuda tersebut di tangkap, di bunuh, dan di korbankandalam suatu upacara pesta kemenangan.
Raja dinasti Sunghayang terakhir, diduga berada dibawah perdanamentrinya , Vasudewa, hanya sekedar menjadi boneka . belakangan Vasudewa membunuhnya dan mengambil alih kekuasaan dinasti Sungha. Dialah pendiri dinasti Kanwa.


6)      Dinasti Kanwa
Dinasti Kanwa yang didirikan oleh Vasudewa yang hanya berkuasa sebentar , sekitar 40 tahun lebih. Kerajaan ini tidak mampu menhan serangan dari kerajaan Andhra yang kemudian berkuasa di Maghada selama hampir 250 tahun (sampai kurang lebih tahun 225 SM)
2.2         Dinasti Khusana dan Hubunganya dengan Dunia Barat
Kushana merupakan pecahan dari suku bangsa yueh Chi dari Tiongkok, yang terdesak oleh suku bangsa Huna pada tahun 174 SM. Mereka tergeser ke wilayah diantara sungai-sungai Oxus dan Jakertes. Sesampainya di Bactria suku bangsa ini menetap dan mendirikan pemerintahan dibawah pemimpin mereka Kadphises. Pada mulanya mereka terdiri dari dua suku bangsa, namun berhasil dipersatukan oleh Kujula Kadphises dari Kushuna (Su’ud,1988:174).
Pada mkalah ini kami akan menjelaskan tentang kerajaan Kushan yang terletak di India bagian Utara. Kerajaan Kushan sendiri berdiri pada tahun 40 Masehi yang Raja pertamanya adalah Raja Kadphises 1 dan Raja yang terkenal adalah Raja Kanishka (120-162 M).
Karena letaknya ditengah-tengah jalur sutra (Silk Road), banyak keuntungan yang didapat oleh Kushan, terutama dari perdagangan, karena kota-kota mereka adalah tempat persinggahan kafilah-kafilah pedagang yang melalui jalur sutera Karena letaknya yang strategis inilah maka Kushan menjadi kerajaan yang besar serta kuat akan kekuatan militernya.
2.3              Perkembangan Kerajaan Kushan
Kushan adalah salah satu kerajaan yang memiliki wilayah sangat luas yg membentang dari India, Pakistan sampai utara Afghanistan, berbatasan langsung dengan Kekaisaran Han (Dinasti Han) di timur dan Parthia (Persia) di Barat. Asal muasal Kerajaan Kushan dimulai dari eksodus besar-besaran bangsa Yue-Chi (Yuezhi) dari barat laut China (sekarang Xinjiang) akibat serangan dari Xiong nu Khanate dari utara. Mereka (Yue Chi) pindah ke asia tengah, membentuk kerajaan baru dan menaklukkan wilayah utara India, hidukush dan bagian timur Persia.
Yue Chi terbagi menjadi 5 clan yg mendiami wilayah yang berbeda-beda, dan Kushan adalah salah satu dari 5 clan tersebut. Seiring dengan menguatnya Clan Kushan, Pangeran Kujula Kadphises memerintahkan untuk menyerbu 4 clan lainnya sehingga akhirnya 5 clan tersebut disatukan dibawah pimpinan Kushan. Maka dari itulah Kadphises dianggap sebagai Raja pertama dari Kerajaan Kushan.
Karena letaknya ditengah-tengah jalur sutra (Silk Road), banyak keuntungan yang didapat oleh Kushan, terutama dari perdagangan, karena kota-kota mereka adalah tempat persinggahan para pedagang yang melalui jalur sutera. Perekonomian kerajaan hidup bersandarkan kepada perdagangan sutra dan rempah ke Eropa dan emas dan karya seni ke Tiongkok. Untuk itu, banyak sekali pemimpin Kushan yang menciptakan uang logamnya sendiri sebagai alat tukar resmi, sehingga perkembangan koin-koin Kushan memberikan catatan sejarah tersendiri, terutama dalam seni rupa. Masyarakat Kushan sendiri adalah masyarakat nomaden, karena itu mereka memiliki beberapa ibukota, Begram ibukota musim panas dan Peshawar ibukota musim dingin.
Kekuatan utama militer Kushan adalah Cavalry atau Horse Archer (Pasukan pemanah berkuda). Dalam satu agresi militer, bisa terkumpul 100.000 horse Archer. Pada masa jayanya, Kushan sangat kuat, bahkan mereka bisa merebut kembali sebagian wilayah nenek moyang mereka (Yue Chi).
Pada tahun 78 Masehi Raja Kushan merencanakan untuk melakukan persebaran wilayah ke sebelah Timur. Abu Su’ud (1988:175) menyimpulkan “mungkin tahun 78 Masehi tersebut dipakai sebagai awal tarikh Saka, sebagai peringatan atas kemenangan bangsa Saka diwilayah India Utara”.


2.4         Raja yang Memerintah
Raja pertamanya adalah Kadhpises I (tahun 40 masehi). Pada waktu itu kerajaan Romawi sudah terkenal sampai ke India. Menurut berita, Raja Kushan mengirim utusan ke Roma supaya kedua kerajaan itu berdamai dan jangan berperang. Uang - uang Romawi dengan materai kaisar - kaisar yang digunakan dalam perdagangan antara Barat dan India terdapat di beberapa tempat penggalian di India Utara. Mata uang serta arca-arca peniningalan Kushan yang berhasil digali didekat Mathura, memberikan gambaran yang jelas mengenai raja-raja mereka. Secara fisik orang-orang Kushan berbadan besar, gemuk, berjanggut panjang serta roman muka yang mengunjung kedepan.
Abu Su’ud (1988:175) menyebutkan, Setelah Raja pertama dinobatkan, sebuah ekspedisi militer yang besar dilancarkan untuk mempersatukan berbagai daerah diantaranya adalah Kashmir, dan sebagian Turkestan, termasuk Kasghar, Yarkhand dan Khotan. Disebutkan pula bahwa Kadhpises I telah memaksa Tiongkok supaya menyerahkan tahanan perang.
Raja yang terkenal dari kerajaan Kushan adalah Raja Kanishka (120-162 Masehi). Raja Kanishka bergelar Shaonanoshao, yang berarti Raja diraja, serta Dewaputra, yang berarti Putra dewa, bahkan digunakan pula nama berbahasa Tiongkok T’ien Tzu, yang berarti Putra Kahyangan. Dalam mata uang yang dikeluarkan Raja Kanishka, dikatakan bahwa raja memerintah atas berbagai jenis masyarakat, seperti orang-orang Indo-Yunani, Zoroaster, Hindu ataupun Budha, yang berada dikawasan Gandara, yang merupakan daerah lalulintas perdagangan ramai di wilayah Asia tengah.
Kejadian yang terpenting dalm pemerintahan Kanishka adalah perpindahan Kanishka untuk memeluk agama Budha. Yang lebih menarik yang mendorong Kanishka untuk berpindah agama adalah seorang Brahmana yang telah memeluk agama Budha, diaq adalah Pendeta Asvaghosa. Pendeta ini mampu masuk kedalam kalangan istana dan berhasil menjadi kelompok orang terpelajar yang memberikan nasehat kepada Raja
Raja Kaniskha berhasil memajukan kebudayaan Kushan, sehingga kebudayaan itu mempunyai corak baru dalam sejarah India yang dinamakan masa Gandhara yaitu nama negeri tempat untuk memperoleh barang-barang kuno yang dibuat di masa itu. Barang-barang itu kebanyakan terdiri dari lukisan-lukisan yang dipahat pada dinding batu, seperti yang terdapat di candi Borobudur, arca-arca Buddha dan sebagainya. Jika dibandingkan dengan kebudayaan Yunani-Romawi dari permulaan tarikh masehi, nampaklah persamaan corak-­corak di antaranya, seperti cara mengukir tiang­tiang dari sebelah atas, pakaian arca-arca dan wajah orang pada lukisan-lukisan itu yang menyerupai paras orang Yunan. Karna berhasil memajukan kebudayaan itulah maka Raja Kanishka dianggap sebagai raja yang terkenal di kerajaan Kushan. Selain itu pada masa pemerintahan Raja Kanishka ini berhasil mendamikan pertentangan antara Hindu dan Budha. Perdamaian ini tak lepas dari pendeta Asvaghosa yang mempunyai berbagai keahlian. Tidak hanya sebagai filsuf, namun ia juga adalah pengarang, ahli musik. Pertentangan antara Hindu dan Budha dapat diredakan dengan jalan Pendeta Asvaghosa menulis buku agama Budha dalam bahasa Sanskreta (Su’ud, 2006:102).
Sebagai orang Budha Kanishka sangat tertarik pada masalah yang timbul disekitar ajaran Budhisme, dan dia memperhatikan timbulnya kecendrungan perselisihan antara aliran-aliran dalam agama Budha, terutama mengenai isi Kitab Suci agama mereka. Oleh karena itu Kanishka berkeinginan untuk melakukan langkah-langkah perdamaian yang dilakukan oleh Asoka. Dia kemudian membuka muktamar besar agama Budha guna mencari jalan pemecahan berbagai perselisihan itu. Muktamar agama Budha kali ini merupakan muktamar yang keempat kalinya yang diselenggarakan di India dan merupakan muktamar yang terakhir. Muktamar ini dipusatkan di Kundalava, daerah Kashmir dan dihadiri oleh 500 orang biku dari berbagai penjuru anak benua India. Keputusan yang paling berarti dari muktamar ini ialah dikeluarkannya sebuah komentar atau tafsir atas kitab suci, dan diterbitkannya sebuah ensiklopedi agama Budha yang berjudul Mahavibhosa.
Menurut tafsir bangsa Tiongkok yang datang kemudian, Raja kanishka memerintahkan khotbah-khotbah Budha digoreskan pada lempengan tembaga merah. Kemudian memasukkan naskah-naskah itu kedalam tempat khusus dan menutupnya rapat-rapat, dan didirikan diatas nya sebuah stupa dengan kitab suci ditengahnya.
Pada tahun 162 Masehi Kanishka wafat akibat dicekik dalam selimut kapasnya, ketika raja dalam keadaan sakit. Nampaknya hal itu dilakukan oleh sebuah komplotan rakyat yang merasa tidak puas karena sifatnya yang tamak dan haus akan kekuasaan. Setelah kematian Kanishka tonggak kekuasaan kerajaan Kushan dilanjutkan oleh putranya yaitu Vasishka dan Huvishka, yang pada saat itu menjadi Raja muda. Tidak jelas bagaimana pemerintahan berlangsung pada masa ini akan tetapi disebutkan dengan jelas bahwa raja-raja ini telah menjadi pelindung agam Budha.
Raja berikutnya yang memerintah di Kushan yakni Raja Vasudeva (182-220) adalah raja terakhir yang masih dapat mempertahankan persatuan dalam kerajaannya. Tetapi di masa pemerintahannya, tanda-tanda keruntuhan sudah mulai nampak. Mula-mula muncul penyakit pes yang menular dari Babylon sebelah barat sampai di Eropa dan ke arah timur hingga di India yang menyebabkan berjuta-juta orang meninggal, banyak di antaranya merupakan tentara kerajaan. Kejadian yang kedua adalah kekuasaan kerajaan Persia yang dipimpin oleh raja baru, yakni Raja Ardhasir dari keluarga Sassaniya, makin mengancam. Setelah Raja Vasudeva wafat, kerajaan Kushan terpecah, seperti kerajaan Andhara di India Tengah, kerajaan Kushan lenyap juga dari sejarah. Masa yang dimulai dengan keruntuhan kerajaan Kushan dan Andhra sampai zaman Gupta, yang meliputi lebih kurang 100 tahun adalah suatu zaman yang sangat sulit dalam sejarah India.

2.5  Tabel 1: Tahun-tahun Penting di Kerajaan Kushan
174 SM
Migrasi Yueh Chi dari Tiongkok
130-58 SM
Suku Bangsa Saka mengusir bangsa Yunani dari Bactria
58-7 SM
Permulaan Tarikh Vikrama
48 M
Kadphises I dari suku bangsa Kushan menaklukan Panjab
77-78 M
Kadphises I wafat, digantikan oleh Kadphises II
78 M
Awal Tarikh Saka
120 M
Kanishka naik tahta
162 M
Kanishka wafat digantikan oleh Huvishka
182 M
Huvishka wafat digantikan oleh Vasudewa
220 M
Vasudeva wafat : disintegrasi kerajaan Kushan








BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Pada sekitar abad VII SM, di India bagian utara telah berdiri beberapa kerajaan seperti kerajaan Ghandara, Kosala, Kasi dan Maghada. Namun diantara kerajaan tersebut yang paling maju serta memiliki pengeeuh yang besar di wilayan India adalah kerajaan Maghada yang memiliki kekutan paling besar.
Awal berdirinya kerajaan Maghada yaitu kerajaan ini didirikan oleh Sisunaga pada sekitar tahun 642 SM. Ibukotanya terletak di Giripraja atau Rajgir yang sekarang diken al dengan Rajagriha. Dalam sejarahnya kerajaan ini bermula dari Dinasti Sisunaga yang memerintah kurang lebih selama 642-414 SM. Yang kemudian dilanjtkan oleh pemerintahan dinasti Nanda pada sekitar tahun 413-322 SM. Lalu selnjutnya pemerintahan dilanjutkan lagi oleh dinasti Maurya yangmemerintah dari tahun 322-185 SM. Setelah dinasti Maurya runtuh maka pemerintahan digantikan oleh Dinasti Sungha yang memerintah dari tahun 185-75 SM. Dan dilanjutkan lagi oleh dinasti Kanwa yang memerintah dari 75-28 SM.






DAFTAR PUSTAKA
           
                      Suwarno, Dinamika Sejarah Asia Selatan, Penerbit Ombak Yogyakarta, 2012.
                      Abdu Su’ud, Asia Selatan, UNNES PRESS Semarang,2006.
                      https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Magadha
                      https://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Maurya